Pages

Banner 468

Featured-Content

Senin, 07 Februari 2011

Nafsu birahi adik ipar

1 komentar
“Masak apa Yen?” kataku sedikit mengejutkan adik iparku, yang saat itu sedang berdiri sambil memotong-motong tempe kesukaanku di meja dapur. “Ngagetin aja sih, hampir aja kena tangan nih,” katanya sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau yang dipegangnya. “Tapi nggak sampe keiris kan?” tanyaku menggoda. “Mbak Ratri mana Mas, kok nggak sama-sama pulangnya?” tanyanya tanpa menolehku. “Dia lembur, nanti aku jemput lepas magrib,” jawabku. “Kamu nggak ke kampus?” aku balik bertanya. “Tadi sebentar, tapi nggak jadi kuliah. Jadinya pulang cepat.”

“Aauww,” teriak Yeyen tiba-tiba sambil memegangi salah satu jarinya. Aku langsung menghampirinya, dan kulihat memang ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya. “Sini aku bersihin,” kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku raih begitu saja dari atas meja makan.
Yeyen nampak meringis saat aku menetesinya dengan Betadine, walau lukanya hanya luka irisan kecil saja sebenarnya. Beberapa saat aku menetesi jarinya itu sambil kubersihkan sisa-sisa darahnya. Yeyen nampak terlihat canggung saat tanganku terus membelai-belai jarinya.

“Udah ah Mas,” katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku. Aku pura-pura tak mendengar, dam masih terus mengusapi jarinya dengan tanganku. Aku kemudian membimbing dia untuk duduk di kursi meja makan, sambil tanganku tak melepaskan tangannya. Sedangkan aku berdiri persis di sampingnya. “Udah nggak apa-apa kok Mas, Makasih ya,” katanya sambil menarik tangannya dari genggamanku. Kali ini ia berhasil melepaskannya. “Makanya jangan ngelamun dong. Kamu lagi inget Ma si Novan ya?” godaku sambil menepuk-nepuk lembut pundaknya. “Yee, nggak ada hubungannya, tau,” jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku yang masih berada dipundaknya.

Kami memang akrab, karena umurku dengan dia hanya terpaut 4 tahun saja. Aku saat ini 27 tahun, istriku yang juga kakak dia 25 tahun, sedangkan adik iparku ini 23 tahun. “Mas boleh tanya nggak. Kalo cowok udah deket Ma temen cewek barunya, lupa nggak sih Ma pacarnya sendiri?” tanyanya tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku yang masih berdiri sejak tadi. Sambil tanganku tetap meminjat-mijat pelan pundaknya, aku hanya menjawab, “Tergantung.” “Tergantung apa Mas?” desaknya seperti penasaran. “Tergantung, kalo si cowok ngerasa temen barunya itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa Ma pacarnya,” jawabku sekenanya sambil terkekeh.

“Kalo Mas sendiri gimana? Umpamanya gini, Mas punya temen cewek baru, trus tu cewek ternyata lebih cantik dari pacar Mas. Mas bisa lupa nggak Ma cewek Mas?” tanya dia. “Hehe,” aku hanya ketawa kecil aja mendengar pertanyaan itu. “Yee, malah ketawa sih,” katanya sedikit cemberut. “Ya bisa aja dong. Buktinya sekarang aku deket Ma kamu, aku lupa deh kalo aku udah punya istri,” jawabku lagi sambil tertawa. “Hah, awas lho ya. Ntar Yeyen bilangan lho Ma Mbak Ratri,” katanya sambil menahan tawa. “Gih bilangin aja, emang kamu lebih cantik dari Mbak kamu kok,” kataku terbahak, sambil tanganku mengelus-ngelus kepalanya. “Huu, Mas nih ditanya serius malah becanda.” “Lho, aku emang serius kok Yen,” kataku sedikit berpura-pura serius.

Kini belaian tanganku di rambutnya, sudah berubah sedikit menjadi semacam remasan-remasan gemas. Dia tiba-tiba berdiri. “Yeyen mo lanjutin masak lagi nih Mas. Makasih ya dah diobatin,” katanya. Aku hanya membiarkan saja dia pergi ke arah dapur kembali. Lama aku pandangi dia dari belakang, sungguh cantik dan sintal banget body dia. Begitu pikirku saat itu. Aku mendekati dia, kali ini berpura-pura ingin membantu dia. “Sini biar aku bantu,” kataku sambil meraih beberapa lembar tempe dari tangannya. Yeyen seolah tak mau dibantu, ia berusaha tak melepaskan tempe dari tangannya.

“Udah ah, nggak usah Mas,” katanya sambil menarik tempe yang sudah aku pegang sebagian. Saat itu, tanpa kami sadari ternyata cukup lama tangan kami saling menggenggam. Yeyen nampak ragu untuk menarik tangannya dari genggamanku. Aku melihat mata dia, dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertabrakan. Lama kami saling berpandangan. Perlahan mukaku kudekatkan ke muka dia. Dia seperti kaget dengan tingkahku kali ini, tetapi tak berusaha sedikit pun menghindar. Kuraih kepala dia, dan kutarik sedikit agar lebih mendekat ke mukaku. Hanya hitungan detik saja, kini bibiku sudah menyentuh bibirnya. “Maafin aku Yen,” bisiku sambil terus berusaha mengulum bibir adik iparku ini. Yeyen tak menjawab, tak juga memberi respon atas ciumanku itu. Kucoba terus melumati bibir tipisnya, tetapi ia belum memberikan respon juga.

Tanganku masih tetap memegang bagian belakang kepala dia, sambil kutekankan agar mukanya semakin rapat saja dengan mukaku. Sementara tangaku yang satu, kini mulai kulingkarkan ke pinggulnya dan kupeluk dia. “Sshh,” Yeyen seperti mulai terbuai dengan jilatan demi jilatan lidahku yang terus menyentuh dan menciumi bibirnya. Seperti tanpa ia sadari, kini tangan Yeyen pun sudah melingkar di pinggulku. Dan lumatanku pun sudah mulai direspon olehnya, walau masih ragu-ragu. “Sshh,” dia mendesah lagi. Mendengar itu, bibirku semakin ganas saja menjilati bibir Yeyen. Perlahan tapi pasti, kini dia pun mulai mengimbangi ciumanku itu. Sementara tangaku dengan liar meremas-remas rambutnya, dan yang satunya mulai meremas-remas pantat sintal adik iparku itu. “Aahh, mass,” kembali dia mendesah. Mendengar desahan Yeyen, aku seperti semakin gila saja melumati dan sesekali menarik dan sesekali mengisap-isap lidahnya. Yeyen semakin terlihat mulai terangsang oleh ciumanku. Ia sesekali terlihat menggelinjang sambil sesekali juga terdengar mendesah. “Mas, udah ya Mas,” katanya sambil berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku.

Aku menghentikan ciumanku. Kuraih kedua tangannya dan kubimbing untuk melingkarkannya di leherku. Yeyen tak menolak, dengan sangat ragu-ragu sekali ia melingkarkannya di leherku. “Yeyen takut Mas,” bisiknya tak jauh dari ditelingaku. “Takut kenapa, Yen?” kataku setengah berbisik. “Yeyen nggak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas,” katanya lebih pelan. Aku pandangi mata dia, ada keseriusan ketika ia mengatakan kalimat terakhir itu. Tapi, sepertinya aku tak lagi memperdulikan apa yang dia takutkan itu. Kuraih dagunya, dan kudekatkan lagi bibirku ke bibirnya.

Yeyen dengan masih menatapku tajam, tak berusaha berontak ketika bibir kami mulai bersentuhan kembali. Kucium kembali dia, dan dia pun perlahan-lahan mulai membalas ciumanku itu. Tanganku mulai meremas-remas kembali rambutnya. Bahkan, kini semakin turun dan terus turun hingga berhenti persis di bagian pantatnya. Pantanya hanya terbalut celana pendek tipis saja saat aku mulai meremas-remasnya dengan nakal. “Aahh, Mas,” desahnya. Mendengar desahannya, tanganku semakin liar saja memainkan pantat adik iparku itu. Sementara tangaku yang satunya, masih berusaha mencari-cari payudaranya dari balik kaos oblongnya. Ah, akhirnya kudapati juga buah dadanya yang mulai mengeras itu. Dengan posisi kami berdiri seperti itu, batang penisku yang sudah menegang dari tadi ini, dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vaginanya.

Kendati masih sama-sama terhalangi oleh celana kami masing-masing, tetapi Yeyen sepertinya dapat merasakan sekali tegangnya batang kemaluanku itu. “Aaooww Mas,” ia hanya berujar seperti itu ketika semakin kuliarkan gerakan penisku persis di bagian vaginanya. Tanganku kini sudah memegang bagian belakang celana pendeknya, dan perlahan-lahan mulai kuberanikan diri untuk mencoba merosotkannya. Yeyen sepertinya tak protes ketika celana yang ia kenakan semakin kulorotkan. Otakku semakin ngeres saja ketika seluruh celananya sudah merosot semuanya di lantai. Ia berusaha menaikan salah satu kakinya untuk melepaskan lingkar celananya yang masih menempel di pergelangan kakinya. Sementara itu, kami masih terus berpagutan seperti tak mau melepaskan bibir kami masing-masing.

Dengan posisi Yeyen sudah tak bercelana lagi, gerakan-gerakan tanganku di bagian pantatnya semakin kuliarkan saja.
Ia sesekali menggelinjang saat tanganku meremas-remasnya. Untuk mempercepat rangsangannya, aku raih salah satu tanganya untuk memegang batang zakarku kendati masih terhalang oleh celana jeansku. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membukakan kancing dan kemudian menurunkan resleting celanaku. Aku sedikit membantu untuk mempermudah gerakan tangannya. Beberapa saat kemudian, tangannya mulai merosotkan celanaku. Dan oleh tanganku sendiri, kupercepat melepaskan celana yang kupakai, sekaligus celana dalamnya. Kini, masih dalam posisi berdiri, kami sudah tak lagi memakai celana.

Hanya kemejaku yang menutupi bagian atas badanku, dan bagian atas tubuh Yeyen pun masih tertutupi oleh kaosnya. Kami memang tak membuka itu. Tanganku kembali membimbing tangan Yeyen agar memegangi batang zakarku yang sudah menegang itu. Kini, dengan leluasa Yeyen mulai memainkan batang zakarku dan mulai mengocok-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tingi yang kurasakan saat ia mengocok dan sesekali meremas-remas biji pelerku itu. “Oohh,” tanpa sadar aku mengerang karena nikmatnya diremas-remas seperti itu. “Mas, udah Mas. Yeyen takut Mas,” katanya sambil sedikit merenggangkan genggamannya di batang kemaluanku yang sudah sangat menegang itu. “Aahh,” tapi tiba-tiba dia mengerang sejadinya saat salah satu jariku menyentuh klitorisnya.

Lubang vagina Yeyen sudah sangat basah saat itu. Aku seperti sudah kerasukan setan, dengan liar kukeluar-masukan salah satu jariku di lubang vaginanya. “Aaooww, mass, een, naakk..” katanya mulai meracau. Mendengar itu, birahiku semakin tak terkendali saja. Perlahan kuraih batang kemaluanku dari genggamannya, dan kuarahkan sedikit demi sedikit ke lubang kemaluan Yeyen yang sudah sangat basah. “Aaoww, aaouuww,” erangnya panjang saat kepala penisku kusentuh-sentukan persis di klitorisnya. “Please, jangan dimasukin Mas,” pinta Yeyen, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke vaginanya. “Nggak Papa Yen, sebentaar aja,” pintaku sedikit berbisik ditelinganya.

“Yeyen takut Mas,” katanya berbisik sambil tak sedikit pun ia berusaha menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang sudah berada persis di mulut guanya. Tangan kiri Yeyen mulai meremas-remas pantatku, Sementara tangan kanannya seperti tak mau lepas dari batang kemaluanku itu. Untuk sekedar membuatnya sedikit tenang, aku sengaja tak langsung memasukan batang kemaluanku. Aku hanya meminta ia memegangi saja. “Pegang aja Yen,” kataku pelan.
Yeyen yang saat itu sebenarnya sudah terlihat bernafsu sekali, hanya mengangguk pelan sambil menatapku tajam. Remasan demi remasan jemari yeyen di batang zakarku, dan sesekali di buah zakarnya, membuatku kelojotan. “Aku udah gak tahan banget Yen,” bisikku pelan. “Yeyen takut banget Mas,” katanya sambil mengocok-ngocok lembut kemaluanku itu.

“Aahh,” aku hanya menjawabnya dengan erangan karena nikmatnya dikocok-kocok oleh tangan lembut adik iparku itu. Kembali kami saling berciuman, sementara tangan kami sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saat bersamaan dengan ciuman kami yang semakin memanas, aku mencoba kembali untuk mengarahkan kepala kontolku ke lubang vaginanya. Saat ini, Yeyen tak berontak lagi. Kutekan pantat dia agar semakin maju, dan saat bersamaan juga, tangan Yeyen yang sedang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorongnya maju pantatku. “Kita sambil duduk, sayang,” ajaku sambil membimbing dia ke kursi meja makan tadi. Aku mengambil posisi duduk sambil merapatkan kedua pahaku.

Sementara Yeyen kududukan di atas kedua pahaku dengan posisi pahanya mengangkang. Sambil kutarik agar dia benar-benar duduk di pahaku, tanganku kembali mengarahkan batang kemaluanku yang posisinya tegak berdiri itu agar pas dengan lubang vagina Yeyen. Ia sepertinya mengerti dengan maksudku, dengan lembut ia memegang batang kemaluanku sambil berupaya mengepaskan posisi lubang vaginanya dengan batang kemaluanku. Dan bless, perlahan-lahan batang kemaluanku menusuk lubang vagina Yeyen. “Aahh, aaooww, mass,” Yeyen mengerang sambil kelojotan badannya.

Kutekan pinggulnya agar dia benar-benar menekan pantatnya. Dengan demikian, batang kontolku pun akan melesak semuanya masuk ke lubang vaginanya. “Yeenn,” kataku. “Aooww, ter, russ mass.., aahh..” pantatnya terus memutar seperti inul sedang ngebor. “Ohh, nik, nikmat banget mass..” katanya lagi sambil bibirnya melumati mukaku. Hampir seluruh bagian mukanku saat itu ia jilati. Untuk mengimbangi dia, aku pun menjilati dan mengisap-isap puting susunya.
Darahku semakin mendidih rasanya saat pantatnya terus memutar-mutar mengimbangi gerakan naik-turun pantatku. “Mass, Yee, Yeeyeen mau,” katanya terputus. Aku semakin kencang menaik-turunkan gerakan pantatku. “Aaooww mass, please mass” erangnya semakin tak karuan. “Yee, Yeyeen mauu, kee, kkeeluaarr mass,” ia semakin meracau. Namun tiba-tiba, “Krriingg..” “Aaooww, Mas ada yang datang Mas..” bisik Yeyen sambil tanpa hentinya mengoyang-goyangkan pantatnya.

“Yenn,” suara seseorang memanggil dari luar. “Cepetan buka Yenn, aku kebelet nih,” suara itu lagi, yang tak lain adalah suara Ratri kakaknya sekaligus istriku. “Hah, Mbak Ratri Mas,” katanya terperanjat. Yeyen seperti tersambar petir, ia langsung pucat dan berdiri melompat meraih celana dalam dan celana pendeknya yang tercecer di lantai dapur.

Sementara aku tak lagi bisa berkata apa-apa, selain secepatnya meraih celana dan memakainya. Sementara itu suara bel dan teriakan istriku terus memanggil. “Yeenn, tolong dong cepet buka pintunya. Mbak pengen ke air nih,” teriak istriku dari luar sana. Yeyen yang terlihat panik sekali, buru-buru memakai kembali celananya, sambil berteriak, “Sebentarr, sebentar Mbak..” “Mas buruan dipake celananya,” Yeyen masih sempet menolehku dan mengingatkanku untuk secepatnya memakai celana.

Ia terus berlari ke arah pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, ia membuka pintu. Aku buru-buru berlari ke arah ruang televisi dan langsung merebahkan badan di karpet agar terlihat seolah-olah sedang ketiduran. “Gila,” pikirku. “Huu, lama banget sih buka pintunya? Orang dah kebelet kayak gini,” gerutu istriku kepada Yeyen sambil terus menyelong ke kamar mandi. “Iya sori, aku ketiduran Mbak,” kata Yeyen begitu istriku sudah keluar dari kamar mandi. “Haa, leganyaa,” katanya sambil meraih gelas dan meminum air yang disodorkan oleh adiknya. “Mas Jeje mana Yen?” “Tuh ketiduran dari tadi pulang ngantor di situ,” kata Yeyen sambil menunjuk aku yang sedang berpura-pura tidur di karpet depan televisi. “Ya ampun, Mas kok belum ganti baju sih?” kata istriku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku dengan maksud membangunkan. “Pindah ke kamar gih Mas,” katanya lagi.

Aku berpura-pura ngucek-ngucek mata, agar kelihatan baru bangun beneran. Aku tak langsung masuk kamar, tapi menyolong ke dapur mengambil air minum. “Lho katanya pulang ntar abis magrib, kok baru jam setengah lima udah pulang? Kamu pulang pake apa?” tanyaku berbasa-basi pada istriku. “Nggak jadi rapatnya Mas. Pake taksi barusan,” jawab dia. “Lho, kamu lagi masak toh Yen? Kok belum kelar gini dah ditinggal tidur sih?” kata istriku kepada Yeyen setelah melihat irisan-irisan tempe berserakan di meja dapur. “Mana berantakan, lagi,” katanya lagi. “Iya tadi emang lagi mo masak.

Tapi nggak tahan ngantuk. Jadi kutinggal tidur aja deh,” Yeyen berusaha menjawab sewajarnya sambil senyum-senyum. Sore itu, tanpa mengganti pakaiannya dulu, akhirnya istrikulah yang melanjutkan masak. Yeyen membantu seperlunya. Sementara itu, aku hanya cengar-cengir sendiri saja sambil duduk di kursi yang baru saja kupakai berdua dengan Yeyen bersetubuh, walau belum sempat mencapai puncaknya. “Waduh, kasihan Yeyen. Dia hampir aja sampai klimaksnya padahal barusan, eh keburu datang nih mbaknya,” kataku sambil nyengir melihat mereka berdua yang lagi masak

Perawan Buat Adikku

0 komentar
Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22
tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut
suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua
kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku
yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang
berjalan keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia
adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah
2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting,
tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara
swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa
menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik
melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan
belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak
dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan
tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku
orgasme.
Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini
adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah
dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke
supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak
maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya
naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku,
sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya
500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan
sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol
adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku
membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan
dipantatku.

Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang
sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan
tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku
berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku…
Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai
tubuhku.

Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan
kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku
sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk
tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta
tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku
ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku
lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai
pakaiannya dan pamit pulang.


Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan
teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang
sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku
berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku
menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan
setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika
kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin
merasakan tubuhku juga… dia menjawab:

“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga
lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku
berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum
kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau
merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku
sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku
memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku
mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget
sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana
dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan
yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan
marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan
adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi
pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan
perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya
kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya,
aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya…
sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan
terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.

“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula
menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya
mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah
langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi
ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku
masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan
belum…” rengekku tanpa
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya
tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah
ketika keluar dari rumahnya.
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku
untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali
lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai
setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke
sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung
menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai
berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju
renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga
keluar, percuma sauna”

“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”
“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”
katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan
menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku
memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku
telanjang juga”.

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang
sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku
pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat
segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku
terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku
sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku
onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala
kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke
bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku
melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku
memulainya dengan berkata:

“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe
bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani

“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku
melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke
tempatnya.

“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali
duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba
cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding
memekku, apalagi melihat kontol adikku.

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak
keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara
takut dan ingin.

“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku
memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah
adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan
menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup
G-string.
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya
dengan nafas memburu.

“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
kepantatku.
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan
kakakm John, inget dong”

Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau
kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan
tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,
libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas
pinggulku.

“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang
grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia
membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di
belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat
memeku dari belakang…

“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari
belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja
ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus
menjilati memekku

“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa
menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas
bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali…
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah
adikku…

“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya
yang besar… dia kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja
yah dik”.

“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku
pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit
sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku
pura-pura…..

“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya
yang besar amblas ditelan memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”
teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…

“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku
merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul
erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.

“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut
kontolnya di memekku…

“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.
Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. “kenapa adikku????”

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas
perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam
merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena
dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.

Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada
seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari
adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila
bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak
aku juga sangat ketagihan permainan seks

Muridku Sara

0 komentar
Setelah aku pindah kontrakan, aku banyak murung. Aku selalu teringat Titin. Untuk menghilangkan pikiran itu, aku konsentrasikan pada pelajaran. Akhirnya aku lulus dengan nilai memuaskan. Sangat memuaskan.

Sekarang aku harus bisa sekolah ke STM. Aku ingin bisa bekerja untuk meringankan beban orang tuaku. Oh ya, Warungku selain menjual rokok, barang-barang pokok seperti sabun, beras, dll juga sekarang sudah menjadi warung makan. Ini berkat kepandaian bapakku mengelola keuangan. Kalau dulu uangnya hanya disimpan oleh ibu. Terkadang bapakku juga menerima pesanan pembuatan lemari dari kayu atau memperbaiki mesin mobil yang rusak
.

Akhirnya aku bisa diterima di STM Negeri di daerah Santa, Kebayoran. Dikarenakan saat test masuk, aku termasuk 10 besar, maka otomatis aku mendapat bea siswa selama 1 tahun. Ini bisa dipertahankan asal aku selama sekolah bisa mendapat rangking di kelas. Minimal rangking 3.Titin, lihatlah prestasiku, seharusnya aku berbagi kebahagiaan ini denganmu.

Akhirnya aku sekolah di STM itu tanpa bayar malah dibayar sebagai uang saku. Bapak ibuku sangat bangga dengan hal itu. Bapak Ibu sering cerita kepada orang-orang yang datang minum kopi. Aku sudah bisa melupakan Titin. Mungkin karena temanku laki-laki semua.

Pada akhirnya, saat aku kelas 2, saat umurku 17 tahun, aku mendapat tawaran dari tetanggaku Om Candra untuk mengajari Matematika anaknya yang kelas 2 SMP. Karena ibuku cerita bahwa nilai Matematikaku di ijasah SMP adalah 9. Dia cerita kalau anaknya lemah di Matematika dan IPA. Sedangkan nilai untuk pelajaran IPS adalah lumayan.

Aku belum menyanggupinya, karena aku belum pernah mengajar kecuali pada Titin. Hingga suatu saat dia membawakan raport anaknya. Aku kaget sekali ternyata nilai raport untuk Matematika-nya tak pernah lebih dari 5. Sedangkan Fisika-nya paling tinggi adalah 6, yang lain 7 dan 6.Tak ada yang 8. "Ini pasti naik kelasnya dikatrol," batinku. Aku kasihan sekali akhirnya kusanggupi. Kulihat photonya, namanya, umurnya dll. Siti Maesaroh 13 tahun. "Hmm.. cantik juga," batinku.

Setelah perjanjian mengenai target, berapa dia membayarku serta jadwalnya, akhirnya les privat tersebut akan dimulai bulan depan. Satu minggu 3 kali masing-masing selama 2 jam. Dimulai jam 4 sampai jam 6 sore. Selasa, kamis dan sabtu setiap pulang sekolah. Matematika, Fisika dan Kimia. Ibu sangat bangga karena yang diajari adalah anak orang kaya yang terpandang di daerahku.

Aku harus membaca kurikulum Matematika dan Fisika untuk SMP. Kubeli bukunya di tukang loak di daerah cipete lalu kubuat daftar pengajaran serta daftar kemajuan. Akhirnya saat itupun tiba.

Dengan naik sepeda kebanggaanku (kubeli sepeda bekas murah dan memperbaikinya), sampailah akudi rumah Om Candra. Dengan sedikit grogi, kuketok rumahnya. Akhirnya pembantunya yang keluar."Mas Pri yaa. Ayo masuk Mas," kata Siti nama pembantunya. Wah, rumahnya besar banget. Aku celingak celinguk mengagumi rumah itu. Lalu aku diantarkan ke ruang belajar di lantai atas. Sementara itu di atas meja sudah terhidang segelas kopi susu dan pisang goreng.

Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya seorang gadis keluar dari kamarnya. Aku melongo melihatnya. Ini bidadari atau apa..? Cantiknya melebihi yang ada diphoto raportnya. Titinku yang cantik kalah jauh bila dibandingkan dia. Dia memakai baju terusan warna krem. Matanya bulat, hidungnya mancung, bibirnya tipis, alisnya cukup tebal, giginya putih berbaris rapi, rambutnya sebahu, kulitnya putih, tinggi semampai, dadanya sudah menonjol cukup besar. Maklumlah sekolahku yang STM semuanya laki-laki dan lingkungan rumahku adalah lingkungan kampung, makajarang sekali kulihat wanita cantik. Ada yang mulai mengeras. "Seandainya.. Aahhh.. Ini adalah muridku dan dia bukan levelku," batinku memperingatkanku.

"Lho, kok bengong Mas."
"Oh.. eehhh.. Mas lupa kalau yang diajarin itu perempuan. Seingat Mas laki-laki," kataku mengelak.
"Namanya siapa Mas.. aku Maesaroh, biasa dipanggil Sara."
"Aku Prihatin, biasa dipanggil Pri atau Atin. Panggil aja Mas Pri," sahutku.
"Maesaroh dipanggilnya Sara..?" batinku.
"Oke bisa kita mulai..? Mau Matematika dulu, Fisika atau Kimia?" sambungku lagi.
"Mmmhh.. matematika aja dulu deh Mas.." sahutnya.

Lalu aku mulai mengajarkannya. Ternyata Sara bukanlah bodoh tapi karena dasarnya kurang, maka kukonsentrasikan dia dulu kepada dasar Matematika kelas 1 SMP. Baru setelah itu Fisika dan Kimianya.

Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya dia bisa mendalami dan memahami dasar-dasar Matematika yang merupakan dasar Fisika dan Kimianya. Ini terbukti kadang-kadang sengaja aku berbuat salah dan dia mengkoreksinya. Selebihnya tugasku jadi ringan, karena tinggal menerangkan sebentar, dia langsung mengerti. Dan aku tinggal mengoreksi saja. Bahkan dia kubekali dua tingkat lebih tinggi dari kurikulum sekolahnya. Aku bangga ternyata muridku bukanlah anak yang bodoh.

Aku jadi tahu segala sesuatu tentang keluarganya. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Semuanya perempuan. Kakaknya Siti Fatimah, 16 tahun, panggilannya Fatty sekolah di SMA kelas 2 di Jogyakarta. Adiknya Siti Khodijah, panggilannya Ketty baru kelas 6 SD. Dia sendiri bernama Siti Maesaroh. Ayahnya adalah seorang Cina keturunan. Bekerja di Mandala Airways sebagai kepala pemasaran. Ibunya adalah orang Pakistan yang bekerja di kedutaan. "Pantas aja anaknya cantik-cantik semua." batinku. "Udah cantik, kaya lagi." Mobilnya saja saat itu ada 3 buah. Ibunya, bapaknya, dan satu lagi untuk antar jemput sekolah anak-anaknya. Pembantunya ada 3, tukang kebunnya 1, sopirnya 3. Bapaknya berangkat jam 7 pagi dan pulangnya rata-rata jam 8 malam.Ibunya dua minggu sekali pergi ke Pakistan. Seringnya 3 hari kadang-kadang pernah sampai 8 hari. Pergaulannya sangat dibatasi oleh bapaknya. Jadi kalau pulang sekolah harus pulang, tidak boleh ke mana-mana. Kalau mau pergi, malamnya harus ijin dulu ke bapaknya dan itupun harus diantar oleh sopirnya. Jadi dia bisa dibilang kesepian untuk anak seumurnya. Walaupun semua fasilitas dia punya.

Selama mengajar, aku tak berani kurang ajar padanya. Pertama aku takut targetku supaya raportnya tak merah tak berhasil, kedua karena aku sangat minder dengannya. Terutama dari segi kekayaan. Walaupun itu milik orang tuanya. Paling-paling, aku hanya melirik ke bukit kembarnya dan menatap wajahnya saat dia menulis, mengintip celana dalamnya saat dia memakai rok mini.Terkadang malah curi-curi mencium harum rambutnya saat menerangkan sesuatu. Memang kadang-kaadang kami belajar di meja belajar atau sambil duduk di karpet. Sepertinya aku jatuh cinta sama muridku ini. Tapi terus terang aku takut.

Suatu hari, kulihat dia sangat murung. Belajarnya kurang semangat. Wah, bisa kacau nih. Bisa-bisa aku nanti nggak dibayar sama bapaknya. Perjanjiannya adalah kalau terima raport nanti masih merah, maka aku tidak dibayar. Padahal 1 bulan lagi dia mau ulangan umum.
"Sar, kamu kenapa? kok kayaknya ada masalah..?" tanyaku.
"Ngaak.. nggak pa-pa kok." sahutnya tidak bersemangat.

Setelah diplomasi sambil belajar, akhirnya setelah selesai belajar dia mau juga ngomong. Ternyata dia itu naksir Joko, anak kelas 3 yang jadi bintang basket di sekolahnya. Sedangkan Joko lebih memilih Susi yang satu kelas dengan Joko. Oh, masalah cinta monyet toh. Aku senyum seorang diri.

"Lhoo.. Mas kok senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Bukannya bantuin gimana gitu." gerutunya.
"Wah kalau soal cinta, Mas nggak bisa ngapa-ngapain. Mas khan cuman jadi guru Matematika sama IPA. Kalau ditambahin jadi guru cinta, Mas mau bantuin," sahutku bercanda.
"Oke deh, sekarang kalo Mas aku angkat jadi guru cinta, Mas berbuat apa kalau jadi aku?" tanyanya.
"Yaa.. nggak tahu. Mas khan laki-laki," bantahku.
"Oke deh, kalau lelaki itu ngeliat perempuan dari apanya."
"Walaupun Mas belum pengalaman sama perempuan, Mas juga sekolahnya di STM, tapi karena Mas menang umur dari kamu, Mas coba jelasin semampu Mas ya."

Lalu kujelaskan semampuku tentang pandangan lelaki terhadap perempuan. Kalau lelaki itu melihat perempuan dari penampilannya, bentuk tubuhnya, kepribadiannya, dll juga karena sering ketemu. Dia memperhatikanku dengan seksama. Kami jadi lebih sering beradu pandang, berdebat. Aku jadi makin tertarik dengan muridku ini.

Aduh gimana sih nih.. Kok jadinya begini.
"Menurut mas, Sara ini cantik nggak?" tanyanya.
"Sara itu gadis yang tercantik yang Mas pernah liat," sahutku jujur sambil menatap wajahnya.
"Bayangin sudah tercantik ditambahin paling..." tambahku lagi.
Wajahnya langsung bersemu merah dan tersenyum. Bukan main cantiknya kalau lagi begitu.
"Bener.. Mas.. kalau body-ku?" tanyanya lagi sambil berdiri, muter-muter di depanku. Dadanya disorongkan ke depan.
Oh ya, saat itu dia memakai celana pendek agak gombrong, kaos Mickey Mouse sehingga BH-nya membayang sedikit.
"Body kamu juga bagus banget. Tinggi, sory ya.. dada kamu juga bagus, pantatmu bulet, kakimu jenjang," kataku lagi sambil melihat seluruh tubuhnya.
Saat aku bilang dadamu bagus, dia langsung memegang dadanya.
"Mas nggak bohong khaannn..?" katanya sambil memegang lenganku ditempelkan ke dadanya. Lunak dan hangat. Mau nggak mau penisku jadi tegang saat itu.
"Jujur demi Tuhan," kataku meyakinkan.

Karena aku sudah tidak kuat lagi, aku minta ijin pulang padanya.
"Yaa.. Mas kok pulang siicchh."
"Iyaa.. Mas ada perlu. Besok kalau nggak ada keperluan, Mas mau nemenin Sara deh.." sahutku.
Aku bangun agak tertunduk, maklum terpedoku ketekuk.
"Knapa Mass," tanya Sara.
"Aku kesemutan nih," elakku.
Dibantunya aku berdiri, entah kenapa lenganku menyentuh susunya lagi dan dia pun tidak merasa risih. Teras lunak dan hangat. Makin sakit rasa terpedoku.
"Udah ya.. sampe besok Sabtu." kataku.

Hari Sabtunya aku datang lagi. Kok rumahnya sepi. Pada kemana..? Biasanya kalau Sabtu bapak dan ibunya sudah pulang. Dan mereka pergi jalan-jalan malam harinya.
"Pada kemana Sar, kok sepi," tanyaku ke Sara saat ketemu.
"Papa tugas ke Palembang 3 hari, Mama ke Pakistan, katanya sih sekitar 4 harian. Si Siti sama Imah izin ke Garut. Tinggal Mang Ujang (sopirnya), Pak Parno (tukang kebun) sama Bi Inah," katanya.
Ternyata sopir bapak dan ibunya adalah sopir kantor.
"Mas.. boleh nggak hari ini Sara izin nggak belajar?" tanyanya.
"Lho.. kok nggak bilang kemaren. Mas udah dateng baru bilang. Emangnya kamu kenapa? Sakit..?"kataku.
"Nggak.. tadi aku pijam video bagus sama Sari (temannya), dia bilang nontonnya nggak boleh sendirian harus berdua. Tadinya mau nonton sama Ketty, eehh.. si Ketty pake ikut papa segala.. Ya aku tunggu Mas dateng aja."
"Kamu ada PR nggak?" tanyaku.
"Barusan udah aku kerjain kok. Coba aja Mas cek.." katanya sambil menyodorkan buku Matematika-nya.

Aku cek ternyata betul semua.
"Ya udah kalau begitu. Film apa sih, kok nontonnya harus berdua?" tanyaku sambil melihat ke judul filmnya. American Angel terbaca disampulnya. Tak ada gambar.
"Terima kasih ya Mas. Yuuk.. ke kamar Sara. Videonya ada di sana." katanya sambil menggandeng tanganku ke kamarnya.

Kamar Sara ternyata besar sekali. Ada rak yang penuh dengan boneka, ada TV besar, ada stereo set lengkap, ada AC-nya, ada kamar mandinya, meja belajarnya bagus, tempat tidurnya luas (ukuran kingsize) dan ada pintunya ke balkon. Eh.. ada teleponnya lagi. Bukan main. Rumahku sama kamarnya masih luas kamarnya. Aku keliling terkagum-kagum.
"Kalau si Ketty tidurnya di mana?" tanyaku.
"Lho.. Ketty khan kamarnya di sebelah.. Mas belum tahu ya." katanya sambil memasukkan video ke playernya.

Aku makin kagum aja, kamar segini luas dipake sendiri. Bermimpi pun aku tidak pernah punya kamar seperti ini. Apalagi membayangkan. Takut tidak kesampaian. Aku duduk di karpet bersandarkan tempat tidur melihat ke TV. Mana gambarnya?
"Oh yaa.. Mas mau minum apa? Bi Inah lagi tidur katanya dia lagi masuk angin." tanyanya sambil keluar kamar.
"Air putih aja deh," jawabku takut ngerepotin dia.

Oh ya, aku lupa. Saat itu Sara tumben memakai daster agak tipis. Biasanya dia memakai celana pendek sama kaos. Dasternya itu lho yang nggak nahan. BH sama celana dalamnya terbayang. Dia masuk sambil membawa sebotol air dan gelas, lalu ditaruh di meja belajarnya.
"Kalau haus ambil sendiri ya Mass, aku taruh di sini," katanya lalu mem-play-kan videonya.
"Pantesan dari tadi nggak ada gambarnya." gumanku dalam hati.
Dia duduk di sebelahku. Tercium harum badannya. Bau sabun mandi. Oh, ternyata dia habis mandi. Pantes kelihatan segar.

"Mas, tadi khan guru sejarahku nggak masuk, lalu aku ke kantin sama temen-temen. Mereka cerita tentang pacar mereka, pengalaman mereka pacaran. Aku malu lho.. Mas, masak cuman aku aja yang nggak punya pacar."
"Lho.. emang kamu belum punya pacar?" pancingku.
"Ihh.. Mas ngledek. Ya belum doongg.."
"Mau nggak jadi pacar Mas," godaku.
"Emangnya Mas juga belum punya pacar?" tanyanya.
"Siapa yang mau sama Mas, orang jelek miskin gini." kataku merendah.
"Tapi Sara kan belum punya pengalaman pacaran, Mas.."
"Emang Mas udahh. Mas khan juga belum pernah." sahutku.

Hening sekejap. Sementara di TV ada adegan orang ciuman.
"Mas, apa enaknya sih ciuman seperti itu?" katanya sambil matanya menatap TV.
"Dibilang Mas belum pernah.. ya.. mana tahu rasanya.."
"Kayaknya sih enak, liat tuh sampe merem-merem segala," sambungku.

Hening lagi, yang ada adalah adegan yang kian merangsang di TV. Si lelaki sedang bergelut sambil melucuti pakaian perempuannya, begitu pula sebaliknya. Mereka saling melucuti. Lalu mereka saling meremas. "Aaahh.. ohhh.. sshhh.. shshshs.." begitu suara di TV. Kurasakan nafas Sara semakin cepat. Lalu menyandarkan kepalanya ke pundakku. Kakinya yang tadi diselonjorkan, kini ditekuk. Penisku mulai menegang. Ketika si perempuan sedang mengulum penis lelaki, siSara mendesah, "Ihhh.." Aku tak tahu apa maksud desahannya. Jijik atau apa.

Tiba-tiba Sara berbisik, "Mass.. ajarin Sara ciuman doongg.."
"Supaya Sara nggak malu kalo cerita sama temen-teman." sambungnya.
"Si Rina malah susunya pernah dicium sama pacarnya.. seperti yang divideo itu," katanya menambahkan.
Aku seperti mendapat durian runtuh. Disaat penisku keras, nafsuku naik karena adegan TV, ada yang minta dicium, Bidadari lagi.

"Mumpung sepi nggak ada orang nihh." batinku.

Kurangkul dia, lalu kupangku menghadapku. Sara pasrah saja terhadap apa yang kulakukan. Kucium pipinya, matanya, hidungnya. Dia menikmati semua yang kuberikan. "Aaahh.. Maassss.. hmmm.."Kuelus-elus punggungnya, kupegang pantatnya sambil kuremas. Bulat dan keras. Tangannya pun mulai memeluk pinggangku. Kukecup bibirnya. Mula-mula dia tidak membuka mulutnya. Hanya bibir kami yang bertautan. Kumainkan lidahku, akhirnya mulutnya terbuka. Lidahku dan lidahnya saling membelit. Terasa manis ludahnya. "Ternyata muridku pintar sekali belajar. Dia mengikuti apa yang aku lakukan." Kucoba meraba susunya. Dia tersentak. Tapi ciumanku tak kulepaskan. Tangannya memegang tanganku tapi tidak ditarik hanya dipegang saja. Pertanda dia pun menikmatinya. Kuremas dari luar perlahan bukit kembarnya. "Aaahh.. Maasss.." desahnya.

Kuberdirikan dia, kuplorotkan dasternya. Dia kaget sekali. Langsung kucium lagi bibirnya, tangan kiriku meremas-remas pantatnya, tangan kananku meremas susunya. Lama-kelamaan dia sudah tak peduli lagi dengan tubuhnya yang setengah telanjang. Hanya dengan BH dan CD cream-nya. Kudorong dia ke tempat tidur. Tanganku sekarang berusaha memegang susunya dari balik BH-nya. Kuangkat BH kirinya, kupegang langsung ke putingnya yang menonjol. "Aaacchhh.. Masss.. sshhh.. ssshh.." desahnya disela-sela nafasnya yang memburu. Sambil menatap matanya yang mulai sayu, tangan kananku mencoba melepas BH-nya. Tak ada penolakan sama sekali. Bukan main muridku ini.
Sekarang terpampanglah sepasang bukit kembar yang sangat indah. Putingnya yang coklat muda tampak menonjol di bukitnya yang putih. Kukecup putingnya, dia menggerinjal. Kucium susu kirinya sambil kuremas susu kanannya. "Aaacchhh.. Masss.. sshhh.. ssshh.. aaduuhhh.." kedua tangannya menjambak rambutku. Kulirik dia, ternyata dia sedang melihat ke TV dimana sedang ada adegan orang sedang bersetubuh. Tanganku segera mengusap-usap pahanya, turun ke dengkul, naik lagi. Kuusap-usap vaginanya dari luar CD-nya. Sudah basah. Kumasukkan tangan kananku ke dalam CD-nya. Bulu rambutnya masih sedikit. Kuusap-usap bibir kemaluannya. Lalu kumasukkan jari tengahku ke liangnya. Becek banget ya.

Karena kurang leluasa, kubisikkan, "Sar, Mas sayang banget sama Sara.."
"Mas.. Saaarrraaa.. jugaaa sayaaaannngg Masss.." desahnya.
"Mas buka yaa.."
Dia menatapku tajam. Tapi tanganku mulai menurunkan CD-nya. Dia tidak menolak, bahkan membantuku dengan menaikkan pantatnya. Setelah CD-nya terbuka, tampaklah seonggok daging yangindah sekali bentuknya. Agak tembem. Kucium perlahan. Baunya segar sekali. "Maasss.. aaahh.." desahnya keras sambil pantatnya terangkat ke atas.

Penisku sakit karena tegangnya sudah maksimum dan terjepit celana. Aku berdiri melepaskan semua pakaianku. Dia hanya memandangiku sayu. Bugillah kita berdua di kasur yang luas.

Kubenamkan wajahku di sela-sela pahanya yang membuka. Kujilati seluruh permukaan vaginanya. Kumasukan lidahku mencari kacang kedelenya. Begitu tersentuh. Dia menggelinjang keras."Aduuuhh.. Massss.. aaahh.. ennnaaakkk.. Masss.. terusss.. terruusss.. ooohh..gelliii.. Masss.. oohhh.." Sambil pantatnya goyang kiri dan kanan, naik dan turun.

Tak lama kemudian, tiba-tiba dia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. "Aaahh.. Maasss.." Sara berteriak keras sekali. Dan, "Syur.. syurrr.." mengalirlah cairan kenikmatan dari liang vaginanya ke mulut dan lidahku. Hidungku pun kena cipratannya. Kujilat. Ah, rasa itu kembali kurasakan. Setelah sekian lama tak kurasakan. Kuhayati rasanya. Kok yang ini lebih manis dari punya Titin yang pernah kurasakan, kujilati seluruhnya sampai bersih tak tersisa. Sara makin berteriak, "Masss.. uudaaah.. Mass geli.."

Lalu aku naik, kupeluk dia dengan mesra. Penisku yang masih tegang, menyenggol pahanya. Kutempelkan ke mulut vaginanya.
"Ohhh.. Masss.." desahnya lirih.
"Sar, Mass masukkan boleehhh?" tanyaku sambil menatap wajahnya memohon persetujuannya.
Dia hanya mengangguk lemah. Hebat sekali muridku ini. Apa karena dia keturunan Pakistan ya sehingga nafsunya besar.

Kukangkangkan pahanya. Kupegang penisku, kuarahkan ke sana. Terasa hangat kepala penisku menyentuh bibir vaginanya.
"Pelan-pelan yaa Masss.." pintanya."Tentu dong Sayaaangg.." jawabku mesra.
Kudorong sedikit, meleset. Kudorong lagi, nah mulai masuk kepalanya. Kulihat dia meringis-ringis, kutahan sebentar sampai dia tidak meringis lagi. Kutekan perlahan-lahan, dia meringis lagi. Saat kulihat sudah sepertiganya masuk, kutarik sedikit, tekan sedikit, tarik sedikit perlahan-lahan dengan penuh perasaan.

Kutekan lebih dalam. Sudah setengahnya masuk. "Aaahh.. Masss.. saakiiitt.. Masss.. aduuuhh.. ssshh.." Kutahan, kudiamkan sebentar lalu kutarik lagi. Maju mundur perlahan-lahan. "Adduuhh..enaaakkk.. Masss.. aahhh.. shhshshsh.. Ayooo.. Masss.. hmmm.. yang.. dalam.. Masss.. aahhh.."

Karena sudah ada lampu hijau, kutekan dengan sekuat tenagaku. "Blesss.." penisku seperti menabrak kain tipis yang langsung sobek. "Auuwww.. Masss.. sakiiitt.. periihhh.. Masss.. aduuhhh.." teriaknya. Aku tidak peduli karena situasi rumah yang sepi. "Ooohhhh.. selaput dara.. aku berhasil menembusmu," batinku. Seluruh penisku seperti dipijit dan diremas mesra.

Aku diamkan beberapa saat sampai vaginanya bisa menerima kehadiran penisku dan dia tak merasa kesakitan lagi. Sementara itu dia melirik lagi ke TV. Saat itu di TV sedang ada adegan doggy style. Aku merasakan kedutan-kedutan halus di penisku. "Udah saatnya nich.." batinku.

Kucabut perlahan-lahan lalu kutekan lagi dengan sangat perlahan. Berulang-ulang. "Ohhh.. Masss.. ooohh.. aaahh.. enaaakkk.. Masss.. oohhh.. aduuuhh.. aahhh.." desahnya. Rupanya rasa sakitnya sudah hilang, berganti dengan kenikmatan. Bukan main rasanya. Sempit sekali vagina si Sara ini. Jepitannya terasa di seluruh penisku. Ketika kutarik, sepertinya vaginanya tak rela. Nyedot rasanya.

Lama-lama kupercepat sedikit demi sedikit. Setelah terasa sangat licin. Makin cepat dan makin cepat. Kulihat kepalanya bergoyang kiri ke kanan. Susunya bergoyang-goyang indah. Ah, indahnya pemandangan itu. "Aaahhh.. cepet Mas.. cepet.. Masss.. yang dalem Mass.. ayooo.. Mas.. yang dalem Maasss.."

Pantatnya kini sudah bisa mengimbangi gerakanku ke kiri dan ke kanan. Penisku seperti dipelintir rasanya. "Sudah masuk semua kok masih teriak-teriak yang dalem, "batinku. "Dalem sekali liang vaginanya yaa." Memang aku tak merasakan kepala penisku menyentuh apa-apa. Kupercepat sampai mentok. Ah, nikmat rasanya.

Kira-kira 10 menit, dia mulai ngomong yang nggak jelas. Kupercepat lagi sekuatku sampai pinggangku agak sakit. Tiba-tiba kakinya membelit pinggangku. Pantatnya ke atas, lalu diputar-putar dengan cepat. "Aaacchhh.. Masss.. akuuu.. udaahhh.." Aku yang tadinya juga sudah mau sampai, digoyang seperti itu, mau nggak mau bobol juga pertahananku. " Maasss.. juugaaa.. aahhh.." teriakku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam. "Crooott.. croottt.. crooott.." ada 5 atau 6 kali penisku menembakkan maninya di liang vagina Sara. Lalu aku terkulai lemas tak bertenaga di sebelahnya.

Kami berpelukan erat sekali.
"Kamu hebat sekali Sar.." kataku.
"Mas juga hebat.."
"Terima kasih ya, Sara.." kataku sambil mencium keningnya.
"Sara yang terima kasih sama Mas, Mas mau ngajarin Sara. Sara jadi tau kalau bercinta itu nikmat sekali.."
Kita berdua lalu tidur telanjang berpelukan di bawah selimut tebalnya.

Sorenya aku bangun karena aku merasa lapar dan dingin. Rupanya aku sudah tak berselimut lagi. Kupandangi Sara-ku yang masih tertidur dengan pulas. Kulihat ada lendir kemerahan dekat kakinya. "Oh darah perawan.." pikirku. Kecantikannya sangat alami. Kecantikan seorang gadis belia yang baru berumur 13 tahun, tapi ingin merasakan nikmatnya bercinta. Kuselimuti dia. Sementara itu gambar TV-nya sudah berwarna biru. Pertanda videonya sudah habis.

Gimana nih.. Aku lapar. Di rumah orang lagi. Biasanya aku disuguhi pisang goreng dan kopi susu. Aku memakai bajuku, dan berjalan di sekeliling kamarnya, mematikan TV. Kuperhatikan foto-fotonya di atas meja belajarnya. Masih lebih cantik orangnya daripada fotonya. Beruntung aku menemukan biskuit di atas meja belajarnya. Lumayan buat mengganjal perut.

Tak lama Sara bangun. Menggeliat-geliat sebentar. Lalu memanggilku.
"Udah lama bangunnya, Mas..?"
"Yaahhh.. lumayanlah. Ini biskuitmu aku makan. Abis laper sihh."
"Makan aja nggak apa-apa kok Mass." katanya sambil bangkit dengan telanjang bulat. Lalu memakai pakaiannya.
Kalau aku boleh menilai, Sara pantas mendapat nilai 10. Karena aku sampai saat ini belum pernah melihat gadis yang lebih cantik dari dia. Apalagi body-nya.
"Sara ke bawah dulu ya Mass. Sara juga lapar."

Kira-kira 1 jam kemudian, Sara datang dengan membawa 2 piring nasi goreng yang baunya membuat perut keroncongan. Lalu kami makan berdua.
"Enak betul nasi gorengnya. siapa yang masak..?" tanyaku.
"Sara sendiri Mas."
"Lho.. Bi Inah ke mana?"
"Nggak tau tuh. Biasanya kalau sore dia suka ngobrol sama temen sebelah."
Makin sempurna saja nih si Sara. Cantik, pintar, bisa masak.
"Mass, mandi yuukk.." ajaknya, "Badan Sara lengket semua niicchh.."

Rekan pembaca yang budiman, beberapa hari yang lalu aku dan Sara masih ada jarak yang memisahkan. Antara murid dan guru. Sekarang setelah kami berhubungan badan, dia tanpa malu-malu malah mengajakku mandi bersama. Keadaan sudah berbalik 180 derajat.

Setelah melepaskan semua baju kami, lalu berbugil ria masuk kamar mandinya. Busyet.. kamar mandinya ada perahunya (bath tube). Ada air panasnya lagi. Setelah menyetel agar air hangatnya pas, kita berdua mandi di shower. Saling menyabuni, membuat penisku mengeras lagi.

Ketika aku sedang menyabuni susunya, sengaja kuremas-remas sampai bukit kembarnya mengeras dan putingnya menonjol. Dia mendesah, "Aaahh.. Massss.. teruusss.. Masss enaaakkk.. Massss.."Lalu kusiram, setelah bersih kusedot kedua bukit kembarnya bergantian. Sementara tanganku menyabuni vaginanya. Dia semakin belingsatan. "Maasss.. ooohh.. Maasss.. aaahh.."Kusiram vaginanya, lalu aku jongkok di hadapannya. Kujilat bibir kemaluannya. "Ooohh.. aaahh.. Masss.. diapain Maaass.." Lalu kaki kirinya naik ke bath tube, makin jelaslah isinya. Merah muda bagus sekali. Aku sampai berdebar-debar memandangnya.

Kemudian kusentuh kedelenya. "Auww.. Masss.." Lalu kucium dengan penuh perasaan. Kujilat perlahan, dia makin menggelinjang tak karuan. Karena takut jatuh, dia lalu tiduran di dalam bath tube sementara pantatnya berada di pinggir bath tube. Makin terkuak lebarlah vaginanya. Kuserbu dengan jilatan-jilatan ganas. "Ohh.. aahhh.. sshhhh.. aaahh.. ooohh.. Masss.. aduuuhh.." suaranya meracau.

Aku ingin merasakan cairannya yang manis. Maka kupercepat jilatanku di kedelenya. Akibatnya pantatnya makin bergerak kian kemari. Tangannya menjambak-jambak rambutku. Tak lama kemudian, "Aaahh.. Maasss.." dan, "Suurrr.. syuurrr.." mengalirlah air kenikmatannya. Rasanya gurih sekali. Manis, sedikit asin seperti tajin. Ah, segarnya. Kuhirup semuanya sampai tetes terakhir. Akhirnya dia tiduran di bath tube.

Lalu aku mandi. Menyabuni seluruh tubuhku. Ketika aku akan menyabuni penisku yang sedang tegang, dia bangkit.
"Mas, biar Sara aja yang nyuci.. Masss.."
Dia jongkok di depanku. Dipandangi dengan seksama penisku.
"Mass.. sebesar ini kok bisa masuk ya.." sambil menggenggamnya. Lalu disabuni batangku.
"Ohhh.. nikmatnya.. aaahh.." Lalu tangan kirinya memegang kantong pelirku. Sambil meremas perlahan.
"Kalau yang ini isinya apa Masss? kok isinya lari-lari sihh.." tanyanya.
"Itu adalah pabrik sperma, Sayang." kataku.
"Ooo.."
"Sara tadi siang liat nggak di TV yang perempuan menghisap punyanya laki-laki?" tanyaku.
"Liat Mas.. enggg.. Mas mau Sara menghisap punya Mas..?" tanyanya.
"Ya.. kalau Sara nggak keberatan," sahutku.
"Eee.. gimana yaa.." katanya sambil mendekatkan wajahnya ke penisku.
Diciumnya penisku perlahan, karena wangi habis disabuni, dia sepertinya menikmati sekali. Lalu digesek-gesekkan ke pipinya, matanya, lehernya sambil matanya terpejam. Lama, dia melakukan itu. Punyaku berontak semakin tegang.
"Aaahh.. Masss.. punya Mas.. hangat.." desahnya.
"Ayooo doonnggg.. dihisaaap.." pintaku.

Dengan takut-takut kepala penisku dicium. Lalu batangnya balik lagi ke kepalanya. Lidahnya dengan ragu-ragu dikeluarkan. Mulai menjilat kepala penisku. Lidahnya yang agak kasar itu menggaruknya. "Aaahh.. yaaa.. begitu.. yaa.. yaaaa.. aduuuhh.. enaknya.. aaahh.." Aku mendesah nikmat. Lalu lidahnya mulai menelusuri batangnya hingga kantong pelirku. Kantong pelirku dihisapnya. "Aduuuhh.. enaknya.. aaahh.." desahku makin keras.

Lalu dengan menatapku, mulutnya terbuka sedikit dan mengemut kepala penisku. Hangat terasa penisku. Maju mundur maju mundur sambil tetap menatapku. Dan.. dia mulai menghisap. Bukan main, muridku ini cepat belajar. Jauh lebih pandai dari Titinku dulu. Kalau Titin dulu, hisapan pertama, penisku kena giginya. Tapi Sara..? Aku yakin sekali kalau dia baru pertama melakukannya. Kok bisa..?

Hisapannya makin lama makin cepat dan kuat. Kupegang kepalanya agar dia lebih dalam menghisap. Dan kulihat separuh penisku masuk. Bukan main, Titin dulu hanya sanggup menelan kepalanya saja.Penisku sepertinya sudah tak sanggup menahan sensasi luar biasa yang diterimanya. Karena selain dihisap, Sara juga memainkan lidahnya di kepala penisku. Rasanya berkedut-kedut. Makin lama makin cepat, makin cepat makin cepat dan.. "Aaahh.." aku menjerit keras. Lalu, "Crooott.. croottt.." spermaku muncrat ke mulutnya. "Aaahh.. aduuhhh.." aku terduduk lemas. Penisku pun melemas.

Kulihat sebagian spermaku mengalir keluar dari sela-sela bibirnya. Dia sepertinya sedang bingung merasakan rasa dari air maniku.
"Masss.. Airnya tertelan nggak pa-pa?"
"Nggak apa-apa Sar.. Ditelan malah enak kok.."
"Enaakk apa nggak?" tanyaku.
"Enak Mas.. seperti air santan kental agak asin."
"Itu proteinnya sama dengan 10 telor ayam kampung lho.."

Setelah agak mendingan kami mandi bersama lagi karena tadi keringetan. Sewaktu aku mengeringkan badannya dengan handuk, Sara memandangku agak lama. Susunya menegang keras, putingnya mulai menonjol lagi. Nafasnya sedikit memburu. Nah lho, mau apa lagi dia. Dia menarik tanganku keluar dari kamar mandi. Aku langsung didorong sampai terlentang di tempat tidur. Diraihnya penisku yang masih lembek. Diurut-urut, dipijat, sampai akhirnya mulai mengeras sendiri. "Hore.. kerasss lagiii.." teriak Sara kegirangan. Lalu tanpa ragu-ragu, diemut lagi penisku dengan ganas. Dihisap dengan keras. Karena aku takut spermaku keluar sia-sia, maka dengan cepat kutarik badannya ke atas tempat tidur. Kubanting agak keras, lalu kukangkangkan kakinya. Kucium bibir vaginanya, kujilat klitorisnya. Ternyata vaginanya sudah agak basah. Kujilat terus sambil kutekan lidahku ke klitorisnya. "Aaahh.. ssshh.. ssshh.. ayoo.. Masss.. cepeettt.. Masss.." Aku tak perduli, terus saja kujilati klitorisnya.

Tiba-tiba dia bangun, aku ditindihinya, dikangkanginya. Tangannya memegang penisku, lalu diarahkan ke vaginanya. Digerak-gerakkan agar pas dengan lubangnya, lalu perlahan-lahan pantatnya diturunkan. "Aaahh.. Masss.." saat kepala penisku mulai masuk. Dengan sangat perlahan dia menurunkan pantatnya, sampai penisku masuk seluruhnya. Seluruh batang penisku serasa diremas oleh lubang basah hangat. "Aaahh.. Sara.. sshhh.."

Lalu dia diam sebentar. Aku kaget ketika dia entah sengaja tidak menggerakkan urat-urat vaginanya. Seluruh batang penisku seperti dipijat. Diremas-remas oleh urat vaginanya yang cukup kuat. "Aaahh.. Sara.. kamu apaiiinn.. hhhggghh.." Dengan perlahan, sambil menggerak-gerakkan urat vaginanya, Sara mengangkat pantatnya. Gila rasanya. Penisku seperti ditarik. Sensasinya sampai ke ubun-ubun kepalaku. Seluruh badanku merinding tak sanggup menahan sensasi itu.Setelah kira-kira tinggal kepalanya saja yang terjepit, dengan perlahan pula diturunkan pantatnya. Ini juga, dia mengedut-ngedutkan urat vaginanya. Aku tak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata apa yang sedang kurasakan.

Hebatnya, selama dia melakukan hal tersebut, matanya terus memandangiku.
"Gimana Masss.. enaaakkkk?" katanya.
"Aduuuhh.. sara.. Mas bisa matii.. keenakan.. niihhh.."
"Tolong dooonngg.. jangan siksa Mas seperti inii.." rintihku.
"Aaacchhh.. sshhh.. aaahhh.. ooohh.." sara mendesah-desah sambil berpikir ini pasti bakat alaminya. Karena dia baru sekali ini bersenggama. Keturunan? Tak tahu aku..

Mungkin karena kasihan padaku atau kenapa, lalu dia mempercepat gerakan naik turunnya. Makin lama makin cepat. Susunya yang bergoyang-goyang, segera kuremas dengan keras untuk mengimbangi rasa geli dan ngilu di penisku. "Aduuuhh.. saaakiitttt.. Maasss.. Jangan keras-keras doonngg.." erangnya. Siapa yang perduli, lha wong aku aja juga disiksa begini. Disiksa?

Tak lama rasanya pertahananku mau jebol. "Saaarrr.. akuuu.. maauuu.. nyaaammpeee." lalu "Croottt.. crooott.." pejuku muncrat ke vaginanya. Sedikit yang keluar, karena sudah duakali. Tapi karena Sara belum sampai dia terus saja naik turun di atas tubuhku. "Saarrr.. udaaahh.. Masss.. ngaakk taahaannn.." aku berteriak karena rasa geli dan ngilu yang tak tertahankan. Aku kelojotan. Wah, Ini tak bisa dibiarkan pikirku.

Lalu kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya, segera saja lidahku, menerjang dan menjelajah liang vaginanya. Kuhajar habis-habisan daging sebesar kedele itu dengan jilatanku yang ganas. "Aaahhh.. Masss.. aaahh.. ooohh.. yanngg keeraass.. Maasss.. yang.. cepaaat Masss.." sambil tangannya menekan kepalaku. "Rasanya kok aneh begini? Ini pasti dari pejuku." pikirku. Lidahku sampai pegal tapi dia kok belum sampai juga yah. Kupercepat dan kuperkeras semampuku. Tak lama kemudian...

Kakinya menjepit kepalaku, tangannya semakin keras menekan kepalaku, pantatnya dinaikkan.Dan... "Aaahhh.. Maasss.. akuuu.. nggaakk.. kuaaatt.." lalu, "Syurr..." Akhirnya keluar juga cairan kenikmatannya. Tak banyak. Aku hisap semua. "Aaahh.." aku tergeletak lemas di sebelahnya. Selesai sudah tugasku.

Malam itu aku dipaksa menginap di kamarnya. Sara seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. Bukan main nafsunya seksnya. Kami main sampai kira-kira jam 2 malam. Semua posisi yang bisa kami lakukan, kami lakukan. Berdiri, jongkok, nungging, di karpet, di tempat tidur, di meja belajar. Dan sepertinya Sara tak pernah merasa puas, yang kuingat dia sampai 5 kali orgasme. Sedang aku sampai habis rasanya cadangan spermaku. Terkuras habis. Entah berapa kali aku orgasme. Aku merasa tak punya tulang lagi. Lemas sekali. Habis siapa yang sanggup menolak permintaan bidadari? Mungkin ini adalah sensasi yang terindah, selama hidupku.

Aku bangun pukul 8 pagi esok harinya, dan langsung pulang karena takut orang tuaku mencariku. Dan aku janji nanti sore akan kembali lagi.

Sejak saat itu, dengan alasan sudah mendekati ulangan umum, maka jamnya ditambah 1 jam menjadi 3 jam setiap pertemuan. Dan ruangan belajarnya pun pindah ke kamarnya. Setiap pertemuan, selalu kami isi dengan pertempuran dahsyat. Dan herannya kami tak pernah bosan dan tak pernah puas. Untuk mengimbangi Sara, aku harus banyak olahraga dan minum telor. Sara pun makin terlihat cantik.

Pernah suatu kali disaat kami sedang bertempur, adiknya mendadak masuk ke kamarnya. Dia menjerit lalu lari keluar. Aku dan Sara sama-sama kaget. Untungnya si Ketty takut sekali sama kakaknya sehingga tetap menjadi rahasia bertiga. Sehingga orang tuanya tidak mengetahui skandal kami.

Saat pembagian raport tiba, aku deg-degan sekali. Ternyata.. nilai Matematika, Fisika dan Kimianya adalah 8. Bahkan dia bisa masuk 10 besar. Orang tuanya sangat bangga padaku. Aku diberi uang banyak. Selanjutnya kami membuat perjanjian, untuk semester depan agar aku mengajar dia lagi. Selama kurang lebih 2 minggu aku tidak bertemu Sara karena orang tuanya mengajaknya liburan ke Bali. Walaupun aku sekarang tidak mengajar Sara, tapi aku sering mengunjunginya kalau orang tuanya sedang tidak berada di rumah.

Nikmatnya Perawanmu Wulan

2 komentar

Pengalaman ini terjadi saat dulu aku masih kuliah disalah satu PTN di salah satu kota di JAWA. Karena aku orang luar dari jawa aku jadi kontrak bersama temanku dari berbagai tempat dan daerah. Cerita seks ini diawali pada saat liburan kenaikan sekolah, karena pada hari itu libur sekolah juga ada salah satu teman kontrakkan aku bernama herman anak Lumajang yang membawa adiknya yang mau liburan di kota kakannya kuliah. Sebut saja Wulan nama adiknya, kami sering bercanda bareng saat ngumpul2 sama anak2. kadang-kadang ketangkap basah saat dia ngelirik aku saat2 tertentu. Itu terajadi sering kali saat kita berkumpul, kada dalam hatiku berfikir wah nikmatnya perawanmu wulan bila aku rasakan dikamar besamamu.
Sore itu aku berkesempatan ngobrol dengannya, yahh rada susah juga ngobrol dengan anak SMU sedangkan aku yg sudah kuliah ini tapi ya sudah asal ku bisa melihat Wulan dari dekat… maksudku adalah, aku ingin mengingat wajah dan keindahan tubuhnya sehingga malam nanti aku bisa onani.
Tapi ternyata gayung bersambut, Wulan sangat antusias dengan obrolan basi yg aku suguhkan shg aku pun segera berniat utk melakukan kontak fisik dengannya. Aku mulai dengan mencubit lengannya dan ngelitikin pinggangnya. Wahh…. semakin ku sentuh kulitnya, semakin keras pula otongku jadinya…. Rasanya ingin segera ku kocok burung kekarku ini… tapi sudahlah ku tahan dulu…. orang sabar banyak rejeki kata orang2…..
Setelah puas meng-grepe2 Wulan lalu kita pun bubar, dia kembali ke kamar temanku itu bersama kakaknya sementara aku pun kembali ke kamarku. Ahhhh… bikin tugas rada males, maklumlah hari ini hari jumat… besok sajalah pikirku. Lalu aku pun menyalakan laptopku dan segera bermain-main dengan Photoshop…. iseng saja aku meng-edit foto2 aku dan anak2 kost…. walaupun kita laki2 tulen dan suka berkunjung ke panti pijat plus plus, tapi aku dan anak2 memang suka foto2.. no nude loh tapinya.
Tanpa terasa malam telah tiba dan ketika aku lagi asik2nya meng-edit foto anak2, tiba2 ku dengar pintu kamarku ada yg mengetuk… lalu ada yg manggil, “mas… lagi di kamar ga?” terdengar suara lembut bertanya…. “wah, siapa nih yg nyariin..” pikirku. Kubuka pintu dan berdiri Wulan didepan kamarku, dia mengenakan celana pendek ketat dgn tanktop tanpa bh. terlihat sembulan payudaranya yg tidak begitu besar (maklum masih smu), dan kulihat betapa mulus kulit putihnya, lehernya dan punggungnya…”masuk masuk…” kataku dengan cepat…. pikiranku langsung mesum, “wah kesempatan nih” kataku dalam hati. “lagi ngapain mas, kok ngga jalan2 sama anak2 yg lain?” Wulan bertanya. “ahh ngga, lagi males aja keluar kost-an… aku lagi isengin foto anak2, mau lihat?” kataku. “liat dong mas” katanya begitu antusias.
Aku pun segera duduk di depan laptopku, dan menunjukkan hasil foto anak2 yg sudah ku isengin.. dia pun tertawa melihat foto2 hasil keisenganku itu. lalu ku suruh dia duduk jadi biar aku saja yg berdiri (aku cuma punya 1 kursi di kamarku). tanpa kuduga Wulan malah berkata, “aku dipangku mas aja deh, biar sama2 bisa duduk.” “ok boleh juga,” kataku semangat. Ketika pantatnya duduk di pahaku.. ahhhhhh enak sekali rasanya… burungku segera mengeras, dan diapun merasakan itu walaupun dia tidak bilang apa2…. ” ‘dek bangun sebentar deh” kataku (maklum posisi burungku yg rada kejepit) lalu ku betulkan posisi burungku yg sudah menggeliat itu, lalu dia pun ku pangku lagi. Sekarang pas sekali posisi burungku berada di belahan pantatnya dia. Dari belakang dia ku ajari berbagai trik photoshop. setiap kali ku berbicara, aku bisikkan trik2nya ke kupingnya dia sehingga aku bisa mencium bau wangi badannya…
Dan setelah beberapa menit, kuberanikan diri utk memeluk dirinya dari belakang, dan melihat Wulan yg tidak menolak, aku lalu memberanikan diri utk merayunya…. ” kamu kok wangi sekali ‘dik?” kataku sambil mencium leher dan pipinya. Dia hanya tersenyum malu dan tidak menjawab. Lalu ketika dia menengok ke arah ku, aku pun dengan segera melumat bibirnya yg mungil dan berwarna pink itu… ohhh nikmat sekali bibir Wulan ini. begitu lembut dan begitu mungil….. sambil mencium bibirnya, tanganku segera meremas-remas payudaranya yg baru mulai tumbuh itu…. kurasakan burungku sudah keras sekali, dan dengan segera tubuh Wulan segera ku goyang2kan maju dan mundur shg aku bisa merasakan gesekan nikmat di burungku ini…. setelah itu ku buka tanktop, kulihat betapa ranum badan Wulan ini… kulit putihnya smakin membuat nafsuku menggila… lalu kubuka celana pendek ketatnya itu dan kulihat vaginanya yg berwarna pink tanpa ditumbuhi sehelai rambut pun…. wahhhhhhhhhhhhhhh………..
Setelah kuciumi seluruh badannya, aku pun langsung menciumi lubang kenikmatan itu dan kulihat Wulan menutup mata dan menggeliat keenakan… “enak dik?” tanyaku. “enak banget mas.” sahutnya singkat. Setelah menciumi vaginanya, aku pun segera mengambil posisi..
ku tindih badannya dan kulumat kembali bibirnya sementara tangan kananku memegang burungku yg sudah berada di depan vaginanya. Sambil terus kucium, kumasukkan burungku perlahan-lahan…. walaupun V-nya sudah basah, namun palkon ku yg rada besar ini mengalami kesulitan utk masuk ke dalam…. kupaksa sedikit, lalu… “awwww… sakit mas…” katanya sembari meringis kesakitan…. “iya gapapa, sakit sedikit sekarang tapi nanti enak kok dik” kataku sembari terus kusodok ke dalam vaginanya dan ku goyang maju mundur….. ohhhhhh enak sekali vaginanya Wulan ini… begitu ketat dan hangat, belum pernah kurasakan vagina seperti ini sebelumnya….
akhirnya burungku bisa masuk seluruhnya kedalam vaginanya dan Wulan juga tidak lagi berkata sakit. sambil kutindih dan kupeluk tubuhnya, kucium bibirnya dan terus ku gerakkan burungku keluar masuk vaginanya…… rada2 susah bagi burungku utk gerak maju mundur karena vagina Wulan ini masih ketat sekali rasanya, dan nikmatnya bener2 tidak ketulungan….
Entah Wulan klimaks atau tidak, tapi yg jelas aku sudah tidak tahan ingin ngecrot yg sebanyak-banyaknya karena tidak terasa sudah 15 menit lebih kami bercinta… kulihat ke arah vaginanya, dan kulihat ada sedikit darah di burungku dan di sprei kasur… “pasti darah keperawanannya” pikirku. “dik, mau udahan apa terus?” tanyaku. “terserah mas aja deh….” katanya…. ya sudah, aku memutuskan utk ngecrot saja sebentar lagi.
Aku pun mempercepat gerakan maju mundurku sehingga aku bisa ngecrot…. “dik, kamu udah pernah mens belum?” tanyaku. “udah mas.” jawabnya sambil kembali menutup mata dan menggigit bibirku lagi… “wah, bisa hamil nih kalo di keluarin di dalem” pikirku.
Maksudku utk mengambil kondom sebelum aku ngecrot ternyata tidak kesampean sebab tiba2 … CROOOOOOOOOOOTTTTT……. CROOTTTT CROTTTTT…….. ahhhhhhhhhhh……. CROTT CROT….. spermaku menyembur dengan ganasnya di dalam vagina Wulan… kulihat ada kenikmatan diwajah Wulan dan kurasakan hangatnya vagina Wulan setelah kusembur dgn spermaku….. “enak dik?” tanyaku. “enak bgt mas…” katanya sembari tersenyum malu. Lalu kupeluk tubuhnya dgn erat dan kucium bibirnya kembali. Lelah sekali rasanya dan bbrp menit setelah klimaks, kami berdua masih berpelukan ditempat tidur….. uuhhhh….. lemas sekali, belum pernah aku bercinta sampai selemas ini sebelumnya.
sepintas ada kecemasan dlm pikiranku, “wah bagaimana kalo nanti Wulan hamil nih?” tanyaku dalam hati….. namun kecemasan itu tidak berlangsung lama karena Wulan menciumku dengan lembut dan perasaan enak, puas, dan nafsu yg terpuaskan semuanya tercampur jadi satu dalam ciuman itu.
“dik, jangan bilang sama kakak kamu ya…. mas bisa dimarahin nanti.” pintaku. “iya mas, aku ngga bilang sama siapa2.” katanya dgn cepat. setelah beberapa menit, kucabut burungku yg masih berada dalam vaginanya, lalu aku berdiri di samping tempat tidur, sementara Wulan masih dalam posisi berbaring, lalu ku dekatkan burungku ke mulutnya…. dia terlihat bingung, “oh iya aku lupa, Wulan masih SMU” kataku dalam hati…. “dik, emutin burung mas yah, mau kan? enak kok rasanya tapi jangan digigit yah!” pintaku. tanpa banyak protes, dia pun langsung mengulum burungku dengan lahapnya. Setelah beberapa menit, “udah dik.. udah cukup.” kataku. setelah kulihat jam, aku baru menyadari bahwa sebentar lagi anak2 bakal balik ke kost-an. harus cepet2 pake baju nih, kalo ketauan bisa gawat….
Kami pun segera mengenakan baju masing2 dan lalu berpelukan sambil nonton tv. tidak lama setelah itu terdengar suara2 brisik anak2 yg sudah kembali dari jalan2…. “Nyet, gw bawain nasi goreng nih…. blm makan kan lo?” salah satu temanku berkata dari teras lantai 2 kost-an kami… aku dan Wulan pun segera bangun dan keluar kamar sambil menyambut mereka yg baru balik jalan2…. tidak ada kecurigaan dari mereka yg melihat kami berdua keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah… “yahh untunglah,ternyata semua berjalan lancar sesuai dengan rencana…. ” kataku dalam hati sambil tersenyum puas. dan kulihat Wulan melirikku sambil tersenyum simpul seperti biasa.

Hadiah Kunjungan Mama

0 komentar
Mah, kemana saja sih kok sudah sebulan ini baru datang” ? tanyaku sengit ketika Mama ku datang mengunjungiku di Bandung.
“Mama sudah dapat pacar baru ya ? sampe enggak sempet datang ? Pokoknya aku enggak mau kalo Mama dapat Papa baru”.
Mama ku terlihat kaget ketika aku marah, padahal beliau baru saja datang dari Jakarta hari Jum’at sore itu. Tetapi ketika kepalaku di elus-elus nya dan mama mengatakan minta maaf karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sekaligus juga mengatakan kalau mama tetap sayang dengan ku, perasaan marahku pun jadi luluh.


“Masak sih Mas (padahal namaku sebenarnya sih Pur…. Tapi mama selalu memangggilku Mas sejak aku masih kecil), kamu enggak percaya sama mama” ? “Mama terlalu sayang padamu, jadi kamu jangan curiga kalau mama pacaran lagi”, katanya ter isak sambil menciumi pipiku dan akhirnya kami berpelukan.
Oh iya, sebelum aku melanjutkan ceritaku ini, ingin sebaiknya kuceritakan sedikit background keluargaku.
Aku sekarang ini sedang kuliah di salah satu universitas di Bandung dan sudah semester 6, sedangkan Mama ku masih kerja di salah satu departemen di Jakarta dan usianya sekitar 40 tahunan. Sebetulnya, mamaku ini bukanlah ibu kandungku, tetapi dia adalah adik dari Ibuku. Hal inipun baru aku ketahui sejak aku mulai duduk di bangku SLTA.

Cerita yang kutahu sih, aku di minta dan diasuh oleh adik Ibuku sejak masih bayi. Waktu itu, katanya untuk memancing agar bisa hamil, karena adik Ibuku sudah menikah selama 5 tahun tetapi belum punya anak. Tetapi beberapa tahun yang lalu, adik Ibuku dan yang sekarang kupanggil Mama itu bercerai dengan suaminya, entah kenapa.
Jadi sekarang ini, aku sepertinya lebih sayang dengan mama ku di banding dengan Ibu kandungku sendiri. Maklum saja karena dari bayi aku sudah di asuhnya.
Setelah makan malam, lalu kami berdua ngobrol di ruang tamu sambil melihat acara TV.
“Mas, rambutmu itu sudah mulai banyak lagi yang putih…sini mama cabutin”, kata mama yang biasanya selalu mencabuti ubanku bila datang ke Bandung. Segera saja aku bergegas ke kamar untuk mengambil cabutan rambut lalu duduk menghadap kearah TV di lantai sambil sandaran di sofa yang diduduki mama.
Terus terang, aku paling senang kalau mama sudah mulai mencabuti ubanku, soalnya bisa sampai ngantuk.
“Banyak betul sih Mas ubanmu ini ?” komentar mama sambil mulai mencabuti ubanku.
“Habis sih…..mama sudah lama enggak kesini…cumin ngurusin kerjaan melulu. ”
“Ya sudah, sekarang deh mama cabutin ubanmu sampai habis ” Kami lalu diam tanpa berkata kata.
“Mas……ngomong2 kamu sudah punya pacar apa belum ? ” tanya mama tiba2, sambil masih tetap mencabuti ubanku di kepala bagian belakang.
“Belum kok Ma…..masih dalam penjajakan”, sahutku.
“Tuh…..kan. Kamu ngelarang mama cari pacar, tapi kamu sendiri malah mau pacaran ” sahut mama dengan nada agak kesal.
“Pokoknya, mama enggak mau lho kalau kamu mulai pacaran, apalagi masih sekolah bisa2 pelajaranmu jadi ketinggalan dan berarti kamu juga sudah enggak sayang lagu sama mama ”, tambahnya
“Enggak kok Ma….aku masih sayang kok sama mama ”
“Sudah selesai mas yang belakang, sekarang yang bagian depan” perintahnya. Lalu ku putar duduk ku menghadap ke arah Mama dan tetap duduk dilantai diantara kedua paha mamaku serta Mamapun langsung saja meneruskan mencabuti uban2 ku.
“Mas….., kamu kan sekarang sudah tambah dewasa, apa enggak pingin punya pacar atau pingin meluk atau dipeluk seorang perempuan ? kata mama tiba2. “Atau kamu sudah jadi laki2 yang enggak normal barangkali ya, Sayang ?“ lanjut Mama.
“Ah, mama ini kok nanyanya yang enggak2 sih “? sambil kucubit paha mama yang mulus dan putih bersih.
“Habis nya selama ini kan kamu enggak pernah cerita soal temen wanita kamu, Mas, sahut mama.
“Aku ini masih laki2 tulen Mah…. Kalau mama enggak percaya, boleh deh dibuktiin atau di test ke dokter“ tambahku sambil kuelus elus paha mama. Kata Mama, aku enggak boleh acaran dulu, tambahku.
“Naaah….gitu dong mas……pacarannya nanti nanti saja deh Mas, kalau kamu sudah lulus“.
“Tapi, kamu kan sudah dewasa, apa enggak kepingin meluk dan mencium lawan jenis kamu “, tanyanya lagi.
“Kadang2 sih kepingin juga sih Ma, apalagi banyak teman2 ku yang sudah punya pasangan masing2….tapi….ngapain sih Ma, kok nanya2 gituan ? “
“Ya….enggak apa apa sih, mama cuman pingin tahu saja “ sahut mama sambil tetap mencari ubanku.
Karena aku duduk menghadap mama dan jaraknya sangat dekat, tanpa kusadari mata ku tertuju kebagian dada mama dan karena Mama ku hanya memakai baju tidur putih yang tipis sekali, maka tetek dan puting susu nya secara transparan terlihat dengan jelas.
“Mah…….. ngapain sih Mama pake baju tidur ini “?
“Lho….. memangnya kenapa mas dengan baju tidur mama ini ? emangnya kamu enggak suka ya Mas ?” tanya mamaku, tanpa menghentikan kerjanya mencabuti ubanku.
“Emangnya Mama enggak malu ? …….. tuh kelihatan ? ” sambil kututul puting tetek mama yang terlihat menonjol keluar dari balik baju tidurnya dengan ujung jariku.
“Huuuusss”, teriak mama kaget. “Mama kirain kenapa ? wong enggak ada orang lain saja kecuali kamu dan bibi dirumah ini. Lagipula mama kan enggak keluar rumah. Memangnya kamu enggak suka ya Mas ? ” sahut mama menghentikan kerjanya dan memandang mataku.
“Wah…..ya suka bangeet dong Mah…. Apalagi kalau boleh megang ? ” senyumku.
“Huussss….. ” sambil menjundul dahi ku. “wong kamu ini masih kecil saja ” tambahnya.
“Mah…. Aku ini sudah mahasiswa lho….. bukan anak TK lagi, masak sih aku masih kecil ? kalo ngeliat sedikitkan enggak apa apa kan mah ?….. boleh kan Mah ? ” rengekku.
Mama tidak segera menjawab dan tetap saja meneruskan mencabuti ubanku seolah olah enggak ada apa-apa.
Setelah kutunggu sebentar dan mama tidak menjawab atau melarangku, akhirnya kuberanikan untuk menjulurkan tanganku kearah kancing baju tidurnya didekat dadanya.
“Sebentar aja lho Mas ngelihatnya ” ujarnya tanpa menghalangi tanganku yang sudah melepas 3 buah kancing bajunya.
“Aduh Mah…..putih betul sih tetek mama” komentarku sambil membuka baju tidurnya sehingga tetek mamaku tersembul keluar. Aku enggak tahu ukurannya, tetapi yang pasti tidak terlalu besar sehingga kelihatan tegang menantang serta berwarna merah gelap di sekitar puting nya.
“Sudah ah Mas, tutup lagi sekarang ” katanya sambil tetap mencabuti ubanku.
“Lho…. Kok malah bengong, tutup dong Mas ? ” katanya lagi ketika kata kata mama enggak aku ikutin dan tetap memandang kedua tetek mama yang kupandang begitu indah.
“Bentar dong Mah….. aku belum puas nih Mah, melihat tetek mama yang begitu indah ini. Boleh ya Mah pegang dikit ?”
“Tuh kan….. Mas ini sudah ngelunjak. Katanya tadi cuman mau ngelihat sebentar, eeeh sekarang pingin pegang. ” sahut Mama sambil tetap melanjutkan mencabut ubanku. “Sebentar aja lho ” sahutnya tiba2 ketika melihatku hanya bengong aja mengagumi tetek mama.
Setelah Mama mengizinkan dan dengan penuh keraguan serta tanpa berani melihat wajah Mama, segera saja kuremas pelan kedua tetek mama dengan kedua telapak tanganku.
Aahh….sungguh terasa halus dan kenyal tetek mama, gumanku dalam hati. Lalu kedua tetek mama ku elus2 dan ku remas2 dengan kedua tanganku.
Karena asyiknya meremasi tetek mama, baru aku sadar kalau tangan mama sudah tidak lagi mencabuti ubanku lagi di kepalaku dan setelah kulirik, ternyata mama telah bersandar di sofa dengan mata tertutup rapat, mungkin sedang menikmati nikmatnya remasan tangan ku di tetek nya.
Melihat mamaku hanya diam saja dan memejamkan matanya, lalu timbul keberanianku dan segera saja kumajukan wajahku mendekati tetek kirinya dan mulai kujilat puting teteknya dengan ujung lidahku.
Setelah beberapa kali teteknya kuremas dan tetek satunya kujilati, kudengar desahan mama sangat pelan ssshhh….ssssshhhh….aaaahh…..ma aaass….suuuu…daaaahh.
Desahan ini walaupun hampir tidak terdengar membuat ku semakin berani dan jilatan di puting teteknya dan kuselingi dengan hisapan halus serta remasan di tetek mama sebelah kanan pun kuselingi dengan elusan elusan lembut.
Tiba2 saja terdengar bunyi “kling” di lantai dan itu mungkin cabutan ubanku yang sudah terlepas dari tangan mama, karena bersamaan dengan itu, terasa kedua tangan mama sudah meremas remas rambutku dan kepalaku di tekannya kearah badannya sehingga kepalaku sudah menempel rapat di tetek mama dan nafasku pun sedikit tersengal. Desahan dari mulut mamaku pun semakin keras ssssshhh….. ooooohh… aaaaahhh …….. maaaaaassss….
Desahan yang keluar dari mulut mamaku ini menjadikan ku semakin bersemangat dan kugeser kepalaku yang sedang dipegangi mama kearah tetek yang satunya dan tangan kananku kuremaskan lembut di tetek kiri mama dan tak henti2 nya desahan mama terdengar semakin kuat dengan nafas cepat.
Maaasss…..aaaaahhh….maaaaass…… sssshh…..…aaaaahhh….ooooohh… Maaaaaas…., desah mama dengan keras dan tubuhnya meliuk liuk, seraya mendekap kepalaku sangat kuat sehingga wajahku tenggelam kedalam teteknya. Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh……teriak nya dan diakhiri dengan nafasnya yang cepat dan ter sengal sengal.
“Maaas, mama lemes sekali ”, kata mama dengan suara yang hampir tidak terdengar dengan nafasnya yang masih tersengal sengal. “Maass… tooloong bawa mama ke kamar”, tambahnya dengan nafasnya yang masih cepat.
“Ayoooo Maas….cepat bawa mama ke kamar ” katanya lagi dan tanpa berfikir panjang akhirnya kubopong mama dan kuangkat ke tempat tidurnya dan dengan hati2 ku tidurkan terlentang di tempat tidurnya dan mata mama masih tetap merem tapi nafasnya yang cepat sudah sedikit mereda.
Aku enggak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya tiduran saja disamping mama sambil ku elus elus dahi yang berkeringat dan rambutnya serta pandanganku tidak pernah lepas dari wajah mama karena takut terjadi apa2, tapi sering juga mataku tertuju ke tetek mama yang menyembul keluar dari baju tidurnya yang terbuka. Nafas mama makin lama semakin teratur.
Tak lama kemudian mata mama mulai terbuka pelan2 dan ketika melihatku ada disampingnya, mama tersenyum manis sambil tangannya dieluskan ke wajahku.
“Kenapa Mah……. Aku sampai takut ” kataku sambil kuciumi tangan yang sedang memegang wajahku.
“Mama lemes sekali sayang….. kaki mama gemetaran, tolong kamu pijitin mama ” perintahnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Tanpa membantah, segera saja aku berpindah ke dekat kaki mama dan ketika kedua kakinya di geser kearah berlawanan, lalu kutempatkan dudukku diantara kedua paha mama yang sudah terbuka lebar. Kulihat mama sudah menutup matanya kembali.
Penisku yang tadi sudah tidur karena rasa takut, kembali mulai bangun ketika baju tidur mama yang tersingkap dan cd nya terlihat jelas. Benar-benar merupakan pemandangan yang sangat indah, pahanya yang putih mulus serta padat berisi itu membuat jantungku serasa mau copot.
Karena enggak pernah tahu bagaimana caranya memijat, akhirnya kedua tanganku kuletakkan di kedua paha mama dan ku pijit2 dari bawah ke atas. Aku enggak tahu, apakah pijitanku itu enak apa tidak, tetapi kelihatannya mama tetap memejamkan matanya tanpa ada protes. Demikian juga ketika kedua tanganku kosodokan di cd nya beberapa kali, mama pun tetap diam saja.
Memang godaan syahwat bisa mengalahkan segalanya. Penisku pun sudah begitu tegang sehingga kugunakan salah satu tanganku untuk membetulkan arahnya keatas agar tidak terasa sakit.
“Mah…..celana mama mengganggu nih…. aku buka saja ya mah ? ” tanyaku minta izin sambil memandang ke arah nya.
Mama enggak segera menjawab, tapi kuperhatikan mama mengangguk sedikit.
Tanpa berlama lama walaupun aku masih ragu, segera kutarik turun cd nya dan ketika bagian bawah pantat mama sulit kutarik, mama malah membantunya dengan mengangkat badannya sedikit sehingga cd nya dengan mudah kupelas dari kedua kakinya. Lalu sekalian saja kulepas beberapa kancing baju tidur nya yang tersisa dengan salah satu tanganku dan dengan cepat, kupelas juga kaos dan celana yang melekat di tubuhku.
Sambil kembali kupijati paha mama, mataku enggak lepas memandang mem*k mama yang baru pertama kali ini kulihat. Bulu jembutnya terlihat hanya beberapa lembar sehingga bentuk mem*knya terlihat dengan jelas dan dari celah bibirnya kulihat sudah ber air. Detak jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik mamaku.
Karena enggak tahan cuma memelototi mama, lalu ku selonjorkan badanku kebelakang sehingga wajahku pun sudah berada tepat diatas mem*k mama tapi tanganku pun masih memijati pahanya walaupun itu hanya berupa elusan elusan barangkali.
Awalnya sih aku hanya mencoba membaui mem*k mama dengan hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku, segar dan membuatku tambah terangsang. Eeeh…. Kuperhatikan mama tetap tenang saja, walaupun nafas nya sudah lebih cepat dari biasanya.
Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat di seputar belahan bibir mem*k nya yang sudah terlihat basah dari tadi dan terasa asin tapi enak, pinggul mama tergelinjang keras sehingga hidungku basah terkena cairan mama.
“Aduuuuh…Mas…” teriak mama tiba2 dengan suara serak dan tersendat sendat diantara nafasnya yang sudah memburu. Mama kembali diam dan aku artikan mama setuju saja dengan apa yang aku lakukan dan walaupun kedua tangannya memegangi kepalaku.
Tanpa minta izin, segera saja jari-jariku kugunakan untuk membuka bibir vagina dan memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya. “Aduuuuuh…….aaaaaah…..aaahhh ..maaaaas…”, kudengar desahan mama agak keras.
Dapat kurasakan cairan lendirnya yang sudah semakin membasahi vagina mama yang indah itu. Betapa nikmat rasanya, apalagi dengan desahan mama yang semakin lama semakin keras, membuatku semakin bersemangat dan mulai kujilati, kuendus dan kumasukkan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan lidahku di lobang mem*k mama.

Mungkin karena keenakan, desahan mama sudah menjadi erangan yang keras dan rambut kepalaku pun sudah diremas remas mama seraya di tekan tekannya kepalaku dan pantatnya pun digoyangnya naik turun sehingga seluruh wajahku terasa basah semua terkena cairan yang keluar dari mem*k mama. Aku terus saja memainkan lidahku tetapi tidak berapa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh mama semakin cepat dan nafasnya pun sudah terdengar cepat dan keras sekali. Tubuh mama mengejang dan akhirnya dia mendesah keras maaaas…..addduuuuh….aaaaaah….. maaas…sssssssh…. teee..ruuuuusss..maaas, sambil kepalaku ditekannya dalam dalam kearah mem*knya. Lalu mama terkapar melepas tangan nya dari kepalaku dengan nafas ngos2an yang cepat dan aku yakin sekali kalau mama sudah mencapai orgasmenya lagi.
Tanpa disuruh aku segera naik dan tiduran miring menghadapnya disamping mama yang terlentang dengan nafasnya yang masih cepat.
“Aduuuh…maaas, kamu nakal sekali ya ? kamu bikin mama jadi keenakan sampe lemes sekali ” katanya setelah nafasnya agak normal sambil memencet hidungku.
“Mah….. booo leeeh enggak aaaa kuuuu ? ” tanyaku tapi enggak berani meneruskan kalimatnya, sambil ku usap2 dahi mama yang masih berkerigat. Mudah2an saja mama mengerti maksudku itu, soalnya penisku sudah tegang sekali.
“jangan ya sayang…..” jawab mama seraya mengecup pipiku dan jawaban itu tentu saja membuatku menjadi sedikit kecewa.
Mungkin mama melihat perubahan wajahku dan karena merasa kasihan, lalu katanya….. “Mas, boleh deh….tapi hanya digesek gesekin saja ya di luar ?”. Mendengar jawaban itu, membuat hatiku agak lega, yah….dari pada enggak boleh sama sekali, padahal rasa kepinginku sudah sampe diujung.
“Sini sayang……naiklah”, lanjut nya sambil meraih tubuhku untuk naik di atas tubuh mama dan dari rasa sentuhan dikakiku, terasa mama juga sudah membuka ke dua pahanya, tapi tidak terlalu lebar.
Tanpa berkata kata, lalu kunaiki tubuh mama dengan penisku yang sudah siap tempur dengan kepalanya yang mengkilap tegang. Tangan mama sudah memegangi penisku dan mengarahkan batang kemaluanku ke mem*knya. Lalu, penisku yang sedang dipegangnya di gesek2an keatas dan kebawah secara perlahan lahan di mem*knya yang memang sudah licin dan kupergunakan kesempatan ini untuk menjilati leher mama.
Aku pun harus bersabar sedikit dan menunggu agar nafsu mama naik kembali karena sentuhan penisku dimem*knya dan jilatan2 ku di lehernya. Sesekali kuperhatikan wajah mama dan kulihat mama sedang memejamkan kedua matanya yang mungkin sedang menikmati gesekan2 penisku di mem*knya.
Suatu ketika, mama menghentikan gerakan tangannya dan melepaskan pegangan tangannya di penisku.
Kedua tangan mama lalu memegangi kepalaku dan melepaskanku dari dadanya yang sedang kujilati serta memandangku dengan mata sayu.
“Gimana….. sayang….? Enak enggak ?” tanyanya.
“Ya enak dong maaaah……tapiiiiiiii…..” jawabku di telinganya tanpa berani meneruskan.
“Tapi…..kenapa Maaas ?’ Tanya mama pura2 enggak mengerti kata2ku tadi.
“Boo….. leh ya maaaah dimasukin ”? jawabku agak gugup didekat telinganya lagi.
Belum sampai kata2 yang aku ucapkan itu selesai, terasa ibu telah berusaha merenggangkan ke dua kakinya pelan2 lebih lebar lagi dan kulihat ibu tidak berusaha menjawab, tapi malah terus menutup matanya.
Dengan tanpa melihat, karena aku sibuk menjilati telinga dan leher mama dan kedua tangan mama hanya dipelukannya di punggungku, kutekan pantatku sedikit dan mama lalu menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menempel di mem*knya, sepertinya mama yang memang sudah lebih berpengalaman, sedang berusaha menempatkan lobang mem*knya agar penisku mudah memasukinya.
Ketika mama sudah tidak menggerakkan tubuhnya lagi, pelan2 kutekan penisku ke mem*k mama, tetapi sepertinya kepala penisku terganjal dan tidak mudah masuk atau mungkin salah tempat, walau aku tahu mem*k ibu sudah basah sekali dari tadi.
Tetapi ketika kuperhatikan wajah mama yang lagi merem itu, sepertinya mama agak menyeringai, mungkin sedang menahan rasa sakit sewaktu penislku kutekan ke mem*knya.. “peel.. laaan.. pelaaan…sayyyy….aaang, saaa…kiiitt, mama sudah lama enggak pernah lagi”, kudengar bisik mama didekat telingaku. Karena kasihan mendengar suara mama yang kesakitan, segera saja kuangkat pelan2 penisku tetapi tangan mama yang dari tadi ada di punggungku sepertinya berusaha menahannya.
“Nggggak…aaapp….paa aapa….Maaas” terdengar bisik mama lagi. Aku nggak menjawab apa2, tetapi kemudian terasa tangan mama sepertinya menekan pantatku, mungkin menyuruhku untuk mencoba memasukan penisku, lalu kutusukkan lagi saja penisku pelan2 ke mem*k mama dan …..ssssrreeeeeeeet….,., terasa kepala penisku seperti menguak sesuatu yang tadinya tertutup rapat dan langsung saja kuhentikan tusukan penisku ke mem*k mama, karena terlihat mama menyeringai menahan sakit dan terdengar lagi mama merintih “….Aduuuuhh…….maaaaas…..” sambil kedua tangannya menahan punggungku sedikit dan kembali tekanan pantatku kebawah segera kuhentikan. Aku jadi kasihan melihat wajah mama selalu menyeringai seperti kesakitan.
Tetapi beberapa saat kemudian, “teken lagi maas….tapi pelan pelan ya… “ sambil kedua tangan mama menekan pantatku pelan2, langsung saja aku mengikuti tekanan tangan dipantatku menekan pelan2 dan tiba2 ….. sssrrrrreeett….bleesss….., terasa kepala penisku masuk ke mem*k mama. “…Maaaaasss….” teriak mama pelan bersamaan dengan masuknya kepala penisku.
“Sudah… maaass…..suuuuukk….saaa…. yaang…”, lanjutnya sambil melepas nafas panjang tapi tangan mama malah menahan tekanan pantatku.
Aku diamkan sebentar pergerakan penisku sambil menunggu reaksi mama, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, aku merasa penisku sedang terhisap kuat di dalam mem*k mama dan tanpa kusadari terucap dari mulutku…..”Maaah……maaah……terr… .uuusss….Maaah…enaaaaak.
Saking enaknya, aku sudah nggak memperhatikan tangan atau wajah mama lagi, lalu kegerakkan pantatku naik turun pelan2 dan mamapun mengimbanginya dengan mengerakkan pantatnya seperti berputar-putar. Maaasss..teer……ruuus. maaas..enaaakk..aduuuhhh…enakk k..maaaas.., kudengar kata2 mama terbata-bata dan kubungkam bibir mama dengan mulutku sambil lidahku kuputar didalam mulutnya, serta kedua tanganku kucengkeram kuat diwajah mama..
Sedang kan kedua tangan mama masih tetap di posisi pantatku dan menekan pantatku apabila pantatku lagi naik. Goyangan dan gerakan aku dan mama semakin cepat dan kudengar bunyi.crreeettt…creeettt..cree etttt.secara teratur sesuai dengan gerakan naik-turunnya pantatku serta bunyi suara mama ….hhmmm…aaaahhhh.. aaahhh….yang nggak keluar karena bibirnya tertutup bibirku.
Tiba2 saja mama menghentikan gerakan tubuhnya dan mengatakan “berhenti sebenar sayaaaang ”.
“Kenapa Ma ? ”
“Maasss…toloong cabut punyamu. duluuu, mama mau mengelap punya mama supaya agak kering sedikit, biar kita sama sama enak nantinya”, katanya.
Bener juga kata Mama, kataku dalam hati, tadi mem*k Mama terasa sangat basah sekali. Lalu pelan2 kont*lku kucabut keluar dari mem*k Mama dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan “Maaam, biar aku saja deh yang ngelap..boleeehkan … Maaam ” ? “Terserah ….kamuuu…..deh…maasss”, jawab Mama pendek sambil membuka kedua kakinya lebar2 dan aku merangkak mendekati mem*k Mama dan setelah dekat dengan mem*k Mama, lalu kukatakan… “aku. bersihkan. sekarang.yaaaa..maaaaa” ? dan kedengar Mama hanya menjawab pendek …. “boleeeh.sayaaaang ”. Lalu kupegang dan kubuka bibir mem*k Mama dan..kutundukkan kepalaku ke mem*knya lalu ku jilat jilat itil dan belahan mem*k mama dan pantat Mama tergelinjang keras mungkin karena kaget sambil berseru.. “Maaas ….. kamuuu.. nakaaaal . …yaaaaa”. Tanpa menjawab, aku teruskan isapan dan jilatan di semua bagian mem*k Mama dan membuat Mama menggerak gerakkan terus pantatnya dan kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mama sambil berkata, “Maas…sudaaaah..sayaaaaang…mam a nggak tahaaaaaan…. Kalau kamu gituin terus…..sini..yaaaang”. Lalu kuikuti tarikan tangan Mama dan aku langsung naik diatas badan Mama dan setelah itu kudengar mama seperti berbisik di telngaku…. “mas,…masukiiiin..lagi.. punyamu..sayaaang…mama.sudah.n ggaaak.tahaaaaan..yaaang” dan tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh diatas pundakku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di blue film yang sering kulihat dan sambil kupegang batang kont*lku, kuarahkan ke mem*k Mama yang bibirnya terbuka lebar lalu kutusukkan pelan2, sedangkan mama dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat. Karena mem*k Mama masih tetap basah dan apalagi baru ku jilat dan kuisap-isap, membuat mem*k mama semakin basah sehingga sodokan kont*lku dapat dengan mudah memasuki lobang mem*k Mama.
Mama mulai meggerakkan pantatnya naik turun mengikuti gerakan kont*lku yang keluar masuk mem*knya.
“Mas….terus teken yang kuat ” desah mama dan tanpa perintah kedua kalinya, akupun menggenjot mem*knya lebih kuat sehingga terdengar bunyi…crroooooot…..crroooottt… croooott, mungkin akibat mem*k mamaku yang sudah basah sekali. “Ayyooo….maaasss ” serunya lagi dengan nafasnya yang sudah tersengal sengal.
“Maas…turunkan kaki mama ” mintanya dan sambil kont*lku masih kusodok sodokkan kedalam mem*k mama, satu persatu kakinya ku turunkan dari bahuku dan akupun sudah menempel tubuh mama serta mama mulai menciumi seluruh wajahku sampai basah semua..
Nggak lama kemudian gerakan pantat mama yang berputar itu semakin cepat dan kedua tangannya mencengkeram kuat2 di pantatku dan…tiba2 mama melepas ciumanku serta berkata tersendat sendat agak keras….. Maaaaassss….. mama….. haam.. piirr…..maaaas… aa… yyoooo ..maass….cepppaaaat.., moment ini nggak kusia siakan, karena aku sudah nggak kuat menahan desakan pejuku yang akan keluar…. Ayyooo…maaaah……aduuuh..maaah…, sambil kutekan kont*lku kuat2 kedalam mem*k mama dan kurasakan cengkeraman kuat kedua tangan mama di pantatku makin keras dan agak sakit seakan ada kukunya yang menusuk pantatku.
Kuperhatikan mama dengan nafas yang masih ter engah2 terdiam lemas seperti tanpa tenaga dan kedua tangannya walau terkulai tapi masih dalam posisi memelukku, sedangkan posisiku yang masih diatas tubuh mama dengan kont*lku masih menancap semuanya didalam mem*knya.
Karena mama hanya diam saja tapi nafasnya mulai agar teratur, aku berpikir mama mau istirahat atau langsung tidur, lalu kuangkat pantatku pelan2 untuk mencabut kont*lku yang masih ada di dalam mem*k mama, eeehh…nggak tahunya mama dengan kedua tangannya yang mash tetap di punggungku dan memiringkan badannya sehingga aku tergeletak disampingnya lalu dengan matanya masih terpejam dia berguman pelan…Maaas…bii.aarkan..mas….b iarkan punyamu itu dida..laaamm…sebentar. rasanya..enak.ada yang mengganjel didalam…sambil mencium bibirku mesra sekali dan…kami terus ketiduran sambil berpelukan.
Entah berapa lama aku sudah tertidur dan akhirnya aku terbangun karena aku merasakan ada sesuatu yang menghisap hisap kont*lku. Ketika kulihat jam diding, kulihat sudah jam 5 pagi dan kulihat pula mamaku sudah berada di bagian bawah lagi asyik mengulum dan mengocok ngocok kont*lku. Aku pura2 masih tidur sambil menikmati kuluman mulut mama di kont*lku. Mama mengulum kont*lku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli.
Sambil mengulum, terasa kelembutan jari jemari mama mengusap dan membelai batang kont*lku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kont*lku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.
Setelah itu, giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah mama mengusap-usap pangkal pahaku, terus menyusur ke paha dan terus naik lagi ke buah zakar, ke batang kont*lku, ke kepala kont*lku, enuaaaknyaa.
Tetapi lama lama tidak tahan juga sehingga mau tak mau pantanku pun mulai kugerakkan naik turun dan yang membuat mama nengok kearahku dan melepas kuluman di kont*lku tapi tetap masih memeganginya.
“Sudah bangun saayaaang. ” katanya dengan suara lembut.
“Teruuus…maaah…enaaaaakk… ”, kataku dan kembali mamaku mngemut kont*lku sehingga terlihat kont*lku keluar masuk mulut mama. Setelah beberapa lama kont*lku dikulumn dan mengurut batang kont*lku, tiba tiba saja mama lalu melepas kont*lku. Kini, lidah mama sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang hangat, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulutku.

Lidah mama ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit dengan gemasssss… Tiba-tiba, aduuhhhh…aku merasa batang kemaluanku memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir….mem*k mama. Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, mama menyodokkan vaginanya ke kont*lku yang memang sudah tegang sekali. Tanpa mengeluarkan lidahnya dari mulutku, mama mulai menekan pantatnya ke bawah. Blesssss…. kont*lku menerobos masuk kedalam mem*k mama. Hangat rasanya.
Mama terus melakukan gerakan memompa …. aduhhhhh batang kont*lku merasakan elusan dan remasan dinding mem*k mama.. Akupun menggelepar sehingga lidah mama keluar dari mulutku. Tapi lidah mama terus mengejar mulutku, sehingga bisa kembali masuk ke dalam mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa dan tedengar bunyia ….crooot..croott….croott. “Aduhhhh …….enaaaknya ” Seruku tanpa sadar.
“Enaaak….sayaaaaang ”, Tanya mama.
“Teee…rruuuuss…maaaaah …… enaak sekali”
Tiba-tiba saja mama melepaskan mulutnya dari mulutku. Lalu tangan mama diletakkan dan bertumpu di dadaku, serta mulai naik turun memmompa dan memutar-mutar pantatnya. Serrrr…..serrr….seeeeerr…. batang kont*lkupun serasa ikut terputar seirama dengan putaran pantat mama. “Addduuuuuuhhhh…. maaaaah, aku nggak tahaannn nih…. ” desisku.
Mama kelihatannya tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya, tapi nafasnya pun sudah begitu cepat.

Tetek mama yang ada dihadapanku pun juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya dan kuremas remas keduanya dengan tanganku.
Sekitar beberapa menit aku terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya ketika ibu mulai mengubah posisi dengan membalik tubuhku sehingga aku sekarang sudah berada diatas tubuh mama dan nafas mama kuperhatikan sudah begitu cepat.
“Maaaas….ceeepaaaat….teken yang ku…aaaaat maaass…”, perintahnya sambil memeluk punggungku erat erat serta menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat sehingga membuat kont*lku terasa sedikit ngilu.
“Ceee….paaaat….maaaas ” serunya lagi dengan nada suara yang cukup keras seraya tangannya mendekap punggungku kuat2. Mingkin mama sudah mendekati orgasme nya barangkali, padahal akupun sudah hampir tidak kuat menahan air maniku agar tidak keluar.
“Ini…maaaah….ini…tahan yaaa maaah ”sahutku seraya kugenjot mem*k mama kuat2 beberapa kali.
“Ter..rrruss..saaa…yang…terruu uus. ”katanya lagi dengan gerakan pinggulnya semakin liar saja.
“Maaah…maaaaaaah….aku gaaaaak…tahaaaaan lagiiiiiii…. ”teriakku kuat2 dan kutekan kont*lku lebih kuat lagi kedalam mem*k mama dan crreeet……creeet….creeet…….air maniku akhirnya jebol dan menyemprot kuat kedalam mem*k mama dan mungkin setelah menerima semprotan air maniku akhir nya mama pun berteriak “Maaaaassss………mama……juuuu…gaaa aaaaa”, teriaknya sambil merangkulkan kedua kakinya kuat2 dipunggungku dan cengkeraman tangannya pun membuat punggungku terasa sakit.
Akupun akhirnya menjatuhkan tubuh ku disamping mama dan sama2 terengah engah kecapaian.
Setelah nafas kami mulai teratur, sambil memelukku mama berkata serasa berbisik dekat telingaku.
“Enaaak..maaaaaasss ?”
“Enaaak sekali maaaah… ”.
“Maasss….jangan sampai ada yang tahu soal ini yaaaa ? Kamu kan bisa jaga rahasia kita ya ”kata mama.
“Iya maaah…. ”
“Dan satu lagi….. ”, kata mama sambil memandangku tajam.
“Apa itu Maaah…. ”

“Yang ini punya mama……jangan kamu kasihkan orang lain ya ? ”katanya seraya mencengkeram kont*lku yang lagi tidur kecapean dan mengelus elusnya.
“Janji ya.. saaaa…yang…. ”Tambahnya lagi.
“Asal ini semua juga buat saya ya Maaah. ”sahutku sambil kuremas mem*k mama dan kueluskan jariku dibelahan mem*k mama yang masih terasa basah oleh air maniku.
Akhir nya kami tertawa berbarengan dan tiba2 saja ada ketukan di pintu kamar “Buuuu……sudah siang… ”. Rupanya ketukan dari pembantu karena saat itu sudah jam 9.00 pagi.
Setelah itu, mama selalu tidak pernah absen mengunjungiku di Bandung atau kalau mama berhalangan, maka akulah yang datang ke Jakarta